TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia melaporkan rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi, yakni 27,52 persen pada Mei 2023. Hal tersebut sejalan dengan stance kebijakan likuiditas longgar Bank Indonesia.
“Likuiditas perbankan tetap longgar sehingga berkontribusi positif mendorong pembiayaan dan menjaga stabilitas sistem keuangan,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran, di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin, 10 Juli 2023.
Menurut Destry, kondisi likuiditas yang terjaga dan kuat itu juga turut mempengaruhi perkembangan suku bunga yang kondusif terhadap permintaan kredit. Di pasar uang, suku bunga Indonesia cukup rendah yakni 5,91 persen pada 27 Juni 2023.
Sementara imbal hasil surat berharga negara (SBN) tenor jangka pendek tercatat 5,81 persen. Sedangkan imbal hasil SBN tenor jangka panjang tercatat sebesar 6,25 persen. Kemudian, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Mei 2023 juga rendah masing-masing sebesar 4,13 persen dan 9,37 persen.
“Terjaganya tingkat suku bunga kredit tersebut didukung Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang relatif stabil sekitar 8,8 persen,” kata Destry.
Bank Indonesia, dia melanjutkan, terus memastikan kecukupan likuiditas untuk mendorong berlanjutnya peningkatan kredit. Tujuannya guna mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional.
Destry menuturkan, secara keseluruhan, ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga. Permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/ CAR) sebesar 25,54 persen pada April 2023.
Sementara, risiko kredit terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) yang rendah, yaitu 2,53 persen (bruto) dan 0,78 persen (neto) pada April 2023. Hasil stress test Bank Indonesia juga menunjukan ketahanan perbankan yang kuat.
“Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Khususnya dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” ucap Destry.
Pilihan Editor: Viral Jamaah Haji Pamer Emas, Ini Perbandingan Harga Emas di Arab dan Indonesia