TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengatakan bahwa kredit perbankan pada Mei 2023 tumbuh 9,39 persen year on year (YoY). Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 8,08 persen YoY.
“Kredit perbankan kembali meningkat, sehingga mendukung upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi,” ujar dia dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran, di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin, 10 Juli 2023.
Kenaikan pertumbuhan kredit terjadi pada semua jenis kredit sebagian besar sektor ekonomi. Destry menyebutkan seperti sektor jasa dunia usaha, pertambangan, industri, dan jasa sosial. Serta didorong oleh peningkatan permintaan, sejalan kinerja korporasi yang tumbuh tinggi serta tersedianya likuiditas dan longgarnya standar penyaluran pembiayaan perbankan.
Selain itu, kredit syariah juga tumbuh tinggi mencapai 19,45 persen YoY pada Mei 2023. Di segmen UMKM, pertumbuhan kredit terus berlanjut, yaitu mencapai 7,61 persen YoY pada periode yang sama. “Didukung realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 80,25 triliun hingga 31 Mei 2023,” kata dia.
Untuk mendorong pertumbuhan kredit lebih lanjut, Destry berujar, Bank Indonesia akan meningkatkan stimulus kebijakan makroprudensial. Di antaranya melalui peningkatan dan penajaman insentif likuiditas kepada bank-bank penyalur kredit pada sektor-sektor hilirisasi.
“Pertambangan, pertanian, perkebunan, dan perikanan, perumahan, pariwisata, serta meningkatkan inklusi keuangan (UMKM dan KUR) dan ekonomi-keuangan hijau,” tutur Destry.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan menyebutkan pertumbuhan kredit perbankan melambat pada April 2023. Tercatat kredit perbankan tumbuh 8,08 persen YoY pada bulan tersebut. Angka itu lebih kecil ketimbang pertumbuhan kredit pada Maret 2023 yang mencapai 9,52 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa secara siklus atau seasonal, pertumbuhan kredit pada April memang cenderung lebih rendah dibanding Maret. “Kecuali pada tahun 2022 karena dipengaruhi pulihnya aktivitas masyarakat setelah pandemi,” kata Dian.
Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan kredit melambat adalah permintaan kredit yang masih tumbuh terbatas. Menurut Dian, penyesuaian kebijakan stimulus Covid dari across the board menjadi targeted, secara tidak langsung juga mempengaruhi permintaan kredit. “Karena masih ada ketidakpastian soal risiko kredit,” ujar Dian.
Menurut Dian, bank masih memiliki ruang untuk merevisi rencana bisnis hingga akhir Juni ini. “Namun saat ini, kami lihat target penyaluran kredit perbankan masih sesuai dengan proyeksi,” katanya.
Lebih lanjut, Dian mengatakan OJK bekerja sama dengan lembaga lain melalui program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah atau TPAKD untuk mendorong ekspansi kredit perbankan. Salah satunya dengan terus berupaya meningkatkan perluasan akses keuangan masyarakat di daerah yang bisa mendorong perekonomian masyarakat melalui pemberdayaan UMKM, pengembangan ekonomi daerah, dan penguatan sektor ekonomi prioritas.
MOH KHORY ALFARIZI | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Viral Jamaah Haji Pamer Emas, Ini Perbandingan Harga Emas di Arab dan Indonesia