TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti melaporkan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Menurut dia, ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah pada Juni 2023 secara rerata sedikit melemah 0,68 persen dibandingkan dengan rerata kurs Mei 2023 atau sebesar 0,02 persen secara point-to-point.
Namun, nilai tukar rupiah dibandingkan dengan akhir tahun 2022 secara point-to-point menguat sebesar 3,84 persen. “Nilai tukar rupiah terkendali sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia,” ujar dia dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran, di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, pada Senin, 10 Juli 2023.
Dengan perkembangan tersebut, penguatan rupiah dibandingkan dengan level akhir 2022 lebih baik dari apresiasi Rupee India dan Peso Filipina. Di mana masing-masing sebesar 0,86 persen dan 0,72 persen maupun Baht Thailand yang mencatat depresiasi 1,90 persen.
Ke depan, Destry menambahkan, Bank Indonesia memperkirakan apresiasi nilai tukar rupiah berlanjut. Hal itu ditopang surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
Bank Indonesia juga terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah. Khususnya melalui triple intervention dan twist operation untuk mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
“Operasi moneter valas terus diperkuat, termasuk optimalisasi Term Deposit Valuta Asing Devisa Hasil Ekspor (TD Valas DHE), serta penambahan frekuensi dan tenor lelang TD Valas jangka pendek,” ucap Destry.
Pilihan Editor: Rupiah Pagi Ini Melemah ke Rp 15.151 per Dolar AS, Hanya Karena Sentimen The Fed?