TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat dari Masyarakat Transportasi Indonesia atau MTI, Aditya Dwi Laksana, menanggapi light rail transit atau LRT Jabodebek yang bakal beroperasional tanpa masinis. Menurut dia, uji coba yang intens dan memakan waktu diharapkan membuat kereta menjadi aman meski tanpa masinis.
“Menurut saya safety is a priority,” ujar dia saat dihubungi pada Senin, 10 Juli 2023.
Aditya menjelaskan, uji coba LRT Jabodebek sempat ditunda beberapa kali. Sebenarnya uji coba seharusnya dilakukan pada 2019 dan 2020. Namun karena ada pandemi Covid-19, ditambah lagi pengadaan lahan hingga pembangunan depo molor, akhirnya mundur di 2022.
Dia mengatakan 2022 juga belum dilakukan uji cobanya, sehingga baru dilakukan tahun ini. “Tapi walaupun tanpa masinis, masih ada train attendant,” tutur Aditya.
Train attendant, menurut dia, meskipun tidak mengemudikan kereta, tapi mereka bertugas untuk mengatasi kondisi darurat. Seperti ketika melakukan evakuasi hingga mengambil alih ketika sistem grid off automation seri GOA3 pada LRT Jabodebek bermasalah.
“Jadi saya pikir kalau masih ada Train attendant setidaknya masih memberikan rasa aman buat para penumpang,” ucap Aditya.
Sementara, Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardojo memastikan dengan operasional tanpa masinis tentunya akan lebih aman dibandingkan menggunakan orang. “Lebih dari 60 persen kasus kecelakaan terjadi karena faktor manusia, seperti kelelahan dan sebagainya,” kata dia pekan lalu.
Pada LRT Jabodebek, kata Kuswardojo, pihaknya memasang sistem keamanan berlapis. Artinya, LRT Jabodebek sudah meng-install sistem perjalanan ke dalam keretanya. Ada berbagai macam sistem yang mengatur.
“Ketika dia berjalan lebih dari 80 kilometer per jam maka sistem akan ngerem sendiri. Meskipun ada juga digunakan manusia manual,” ucap Kuswardojo.
Mengenai akselerasi perjalanan kereta pun sama. Jika kereta di depan berjalan 60 kilometer per jam, maka yang dibelakangnya pun akan mengikuti. Sehingga jarak kereta satu dengan yang lainnya akan tetap sama.
Sementara, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, seperti ada benda di atas jalur kereta, secara otomatis akan terdeteksi. Kemudian kereta kan berhenti sebelum kereta mengenai benda tersebut.
“Begitu juga saat terjadi gempa, kereta akan berhenti otomatis. Kereta akan melaju lagi ketika kondisi sudah dimungkinkan. Insyaallah jauh lebih aman,” tutur Kuswardojo.
Pilihan Editor: Viral Jamaah Haji Pamer Emas, Ini Perbandingan Harga Emas di Arab dan Indonesia