TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sudah menyiapkan berbagai program transisi energi dengan skema pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP). Namun, belum ada dana senilai US$ 20 miliar dari JETP yang disepakati dalam KTT G20.
"Dari Indonesia semua persiapan -persiapan untuk 20 miliar dolar itu sudah siap. Nah, ini uangnya tinggal dari mereka," kata dia saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat pada Sabtu, 24 Juni 2023.
Dia mengatakan, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi melalui Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi telah melakukan persiapan program pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangunan pembangkit baru berbasis energi terbarukan.
Seperti diketahui, kesepakatan JETP sudah masuk dalam pembahasan saat gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022 lalu. Dana tersebut mencapai US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 310,7 triliun dengan asumsi kurs Rp15.535 per dolar Amerika Serikat.
Adapun KTT G20 yang diikuti oleh koalisi negara G7 plus Denmark, Norwegia, dan Irlandia Utara sepakat membantu percepatan transisi energi di Indonesia melalui program kemintraan transisi energi yang adil. Skema pembiayaan JETP disiapkan dalam 3-5 tahun mendatang. Anggota negara-negara G7+ akan mengucurkan dana dalam bentuk hibah dan pinjaman lunak.
Luhut mengaku tak mengetahui kendala yang membuat dana tersebut tak kunjung cair. Dia berharap JETP segera memberikan penjelasan soal lambatnya pencairan dana itu. Terlebih Indonesia, menurutnya, sudah sangat siap menjalankan program yang disepakati.
Saat ia berkunjung ke Washington, D.C pada bulan lalu pun, Luhut mengaku belum mendapat kejelasan tentang pencairan dana tersebut. Tetapi, Luhut percaya diri tanpa JETP, Indonesia tetap bisa menjalankan programnya.
"Kalau kasih harga loan-nya dengan harga commercial loan, forget it we can do it by own, kenapa kalian ngatur-ngatur," kata dia.
Pilihan editor: Luhut Blak-blakan Soal Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya yang Kemungkinan Gandeng Cina Lagi