TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Aditya Dwi Laksana menanggapi rencana pemerintah yang akan mengimpor kereta rel listrik (KRL) baru. Menurut Aditya, hal itu tidak akan menjadi solusi dari masalah. Pasalnya, kereta yang akan dikonservasi adalah 10 trainset (rangkaian kereta) pada 2023 dan 19 trainset pada 2024.
Aditya juga mempertanyakan rencana impor trainset baru tersebut, khususnya waktu yang dibutuhkan agar kereta bisa sampai ke Indonesia. Sebab, dia juga mendengar soal rencana retrofit atau peremajaan yang akan dilakukan pihak PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) membutuhkan sedikitnya waktu 12 hingga 17 bulan.
“Artinya ada potensi pengurangan kapasitas angkut jika kereta eksisting diremajakan,” ujar Aditya saat dihubungi pada Jumat, 23 Juni 2023,
Selain itu, bila menunggu kereta baru akan datang 1-2 tahun lagi, bisa saja PT Industri Kereta Api atau INKA sudah selesai menggarap KRL. Karena KCI dan INKA telah menyepakati kontrak pengadaan rangkaian KRL sebanyak 16 trainset dengan nilai Rp 3,8 triliun yang rampung pada 2025 mendatang. “Jadi menurut saya kok sami mawon itu,” tutur dia.
Awaslnya, pemerintah mengungkap rencana impor KRL bekas untuk mempercepat pergantian kereta yang sudah tua. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan KRL bekas itu akan diimpor dari Jepang, dirinya sudah berdiskusi dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Komisi VI DPR RI.
Erick mengatakan, terdapat catatan bahwa EBITDA INKA saat ini masih negatif, artinya perlu ada dukungan cashflow kepada INKA. Kalau masalah aliran kas perusahaan tak bisa diselesaikan, maka tidak mungkin INKA memproduksi trainset dengan jumlah yang dibutuhkan.
Selanjutnya: Untuk itu, kata Erick, Kementerian BUMN mempersilakan ...