Anggaran pembuatan satelit
Estimasi anggaran SATRIA-1 untuk 15 tahun perancangan, pengoperasian, hingga pemeliharaan, yakni sekitar Rp 21,4 triliun. Perjanjian kerja sama konstruksi SATRIA-1 antara SNT dengan perusahaan asal Perancis, Thales Alenia Space (TAS) ditandatangani pada 3 September 2020. Nilai kontraknya sebesar US$ 550 juta atau setara Rp 8 triliun.
TAS sebelumnya juga pernah menggarap satelit Nusantara II milik Pasifik Satelit Nusantara serta Palapa D yang dioperasikan oleh Indosat. SATRIA-1 didesain khusus untuk internet cepat, lengkap dengan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) serta frekuensi Ku-Band berkapasitas 150 gigabita per detik. Untuk wujud fisik, satelit tersebut memiliki tinggi sekitar 6,5 meter dan bobot 4,5 ton.
Tujuan satelit
Tujuan utama dibangunnya SATRIA-1 yakni memperbaiki kekurangan konektivitas terhadap layanan publik pemerintahan di seluruh Indonesia, khususnya daerah terluar, terpencil, dan tertinggal (3T). Keberadaan proyek ini juga mendukung transformasi ekonomi digital bagi wilayah yang belum terjangkau jaringan internet.
Kominfo mencatat masih ada setidaknya 12.548 desa yang belum terjangkau sinyal 4G yang memadai. Dengan dikerahkannya SATRIA-1, pemerintah berharap agar 150.000 titik layanan publik yang belum memiliki fasilitas internet bisa segera terdigitalisasi.
Ratusan ribu layanan publik tersebut mencakup 93.900 sekolah dan pesantren, 3.700 puskesmas dan rumah sakit, 3.900 layanan keamanan masyarakat, 47.900 kantor desa atau kelurahan, serta 600 lokasi lainnya. Proses pabrikasi SATRIA-1 berlangsung di Cannes, Prancis.