TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat Yanti Hidyatun Zakiah mengatakan, petani di Jawa Barat diminta melakukan percepatan tanam padi untuk mengantisipasi dampak El Nino pada produksi padi.
“Pertama, melakukan percepatan tanam, sebetulnya sekarang masih ada sisa-sisa hujan sehingga dilakukan percepatan tanam. Kedua, dengan menggunakan varietas-varietas yang tahan kekeringan dan berumur pendek,” kata dia, di Bandung, Rabu, 14 Juni 2023.
Menurut dia, percepatan tanam dilakukan dengan melakukan semai menjelang panen. Padi yang ditanam sengaja yang berumur pendek. “Beberapa varietas yang normal kan 115-120 hari, yang kami sarankan adalah yang berumur pendek antara 85-95 hari setelah semai. Dan itu mereka menyemai padi dengan curi start. Dari sebelum panen mereka semai dulu, sehingga umur padi di lapangan bisa tiga bulan sudah bisa di panen,” kata dia.
Strategi tersebut untuk mempertahankan produksi padi Jawa Barat. “Program pola penaikan indeks tanam itu yang kami kejar supaya produksi pada tetap bertahan,” kata dia.
Target produksi padi tetap dinaikkan kendati ada ancaman El Nino. Luas tanam sepanjang tahun 2022 mencapai 1,662 juta hektare dan target luas tanam tahun 2023 dengan strategi tersebut dipatok menjadi 1,87 juta hektare, sehingga bisa dipetahankan minimal produksi padi sama dengan tahun lalu 9,4 juta toh (gabah kering giling).
Sementara itu, daerah lumbung padi yang ada di pantura Jawa Barat menjadi fokus pengawasan untuk pengendalian dampak El Nino, seperti Indramayu yang paling luas sampai 230 ribu hektare luas sawah. Kemudian, Karawang. Pemerintah Jawa Barat fokus di daerah pantura yang memang daerah rawan kekeringan.
Menurut Yanti, data kekeringan 10 tahun terakhir menunjukkan area tanam padi di pantura yan paling rawan kekeringan. Data kekeringan di Jawa Barat itu fluktuatif. Yang paling tinggi terjadi 2015 dan 2019 sampai sekitar 95 ribu hektare.
Selanjutnya: "Tapi rata-rata selama 10 tahun terakhir...."