TEMPO.CO, Jakarta - Prajogo Pangestu meraih peringkat ke-7 dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2022. Di tingkat global, pengusaha asal Bengkayang, Kalimantan Barat tersebut menduduki posisi ke-514 sebagai orang terkaya di dunia 2023. Jumlah kekayaannya mencapai US$ 5,3 miliar atau Rp 78,6 triliun (kurs Rp 14.832). Lantas, dari mana saja sumber kekayaan Prajogo Pangestu?
Sumber Kekayaan Prajogo Pangestu
Taipan yang lahir pada 13 Mei 1944 tersebut mengawali kariernya sebagai sopir angkutan kota (angkot). Prajogo Pangestu sempat mengadu nasib ke ibu kota Jakarta, tetapi tidak berhasil. Ketika pulang ke kampung halamannya, ia bertemu dengan seorang pengusaha kayu dari Malaysia, Bong Sun On (Burhan Uray) pada 1960-an.
Meski hanyalah anak dari buruh penyadap getah karet bernama Phang Djoen Phen dan lulusan sekolah tingkat menengah pertama, tak menyurutkan langkahnya untuk berusaha. Berkat pertemuannya dengan Burhan Uray, ia mulai bekerja di PT Djajanti Group sekitar 1969. Karena ketekunannya, ia diangkat menjadi General Manager (GM) di Plywood Nusantara.
Berbekal ilmu yang diperoleh dari pekerjaannya di perusahaan kayu, suami dari Herlina Tjandinegara tersebut memutuskan untuk membuka bisnis sendiri. Akibat keberaniannya, terdapat beberapa perusahaan milik Prajogo Pangestu yang masih eksis hingga sekarang, antara lain:
1. Barito Pacific Timber
Sumber kekayaan Prajogo Pangestu pertama kali datang dari PT Barito Pacific Timber (BRPT). Pada mulanya, perusahaan tersebut bernama CV Pacific Lumber Coy. Grup perseroan yang didirikan pada 14 April 1979 itu bergerak di bidang energi. Beberapa produk yang dihasilkan adalah petrokimia, energi baru dan terbarukan (EBT), properti, hingga logistik.
Nilai kapitalisasi pasar BRPT mencapai Rp 68,44 triliun per 6 Juni 2023. Volume saham yang diperdagangkan sebesar 30,68 juta lembar dan seharga Rp 58,44 miliar. PT Barito Pacific juga menjalankan program CSR (corporate social responsibility) melalui Yayasan Bakti Barito yang menyasar kegiatan penyelamatan lingkungan.
2. Chandra Asri
Pada 2007, Barito Pacific mulai mengakuisisi 70 persen saham PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA). Perusahaan tersebut berkonsentrasi pada industri petrokimia. Sejak 2011, perusahaan melaksanakan merger dengan Polyta Indonesia. Produk unggulan dari CAP, diantaranya olefin, poliolefin, monomer stirena, dan butadiena.
PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) memiliki kantor pusat di kawasan Jalan Jend. S. Parman, Jakarta serta pabrik di Cilegon dan Serang. Perusahaan juga bermitra dengan PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) untuk menghasilkan bahan baku ban ramah lingkungan.
3. Star Energy
Pengembangan bisnis terus dilakukannya, sehingga menjadi salah satu sumber kekayaan Prajogo Pangestu. Sebanyak 33,33 persen saham Star Energy BCPG Thailand telah diambil alih dengan nilai Rp 6,3 triliun pada 2009. Kemudian, berlanjut saat memasuki 2019, perusahaan berencana menginvestasikan US$ 2,5 miliar untuk peningkatan kapasitas menjadi 1.200 MW pada 2028 mendatang.
Star Energy merupakan produsen energi panas bumi (geotermal) yang sama-sama berkantor pusat di Wisma Barito Pacific II, Jakarta. Perusahaan yang beroperasi pada 2003 lalu itu, telah mengoperasikan pembangkit listrik dengan kapasitas bruto 886 MW. Dengan demikian, perusahaan melihat prospek besar dari investasi hijau.
Berkat akuisisi, Prajogo Pangestu sudah mengantongi 66,6 persen saham Star Energy yang bermarkas di Jakarta. Tak hanya kepemilikan saham, konglomerat tersebut tercatat menduduki posisi strategis, yaitu Presiden Komisaris PT Tripolyta Indonesia, Presiden Komisaris PT Chandra Asri Petrochemical Center, hingga Komisaris PT Astra International (1993-1998).
Pilihan editor: 6 Sumber Kekayaan Low Tuck Kwong, Harta Kekayaannya Rp 320,37 T
MELYNDA DWI PUSPITA