TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah masih terus melakukan negosiasi bunga pinjaman untuk menambal pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Kabar terbaru, Cina meminta pembayaran utang kereta cepat diberikan dalam bentuk mata uang renminbi.
"Semangat dedolarisasi sedang besar semangatnya, kan. Kalau renminbi besar, boleh aja. Asal bunganya murah," ujar Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo usai mengikuti rapat kerja Menteri BUMN Erick Thohir dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR/MPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, pada Senin, 5 Juni 2023.
Pria yang akrab disapa Tiko itu menjelaskan, jika Cina meminta renminbi, pihaknya meminta bunga pinjaman di bawah 3 persen. "Kalau (porsi) renminbi besar, bisa lebih murah. Kita tawar boleh nggak 3 (persen)," kata Tiko.
Terlepas dari soal negosiasi bunga pinjaman, Cina meminta pembayaran utang kereta cepat diberikan dalam bentuk mata uang renminbi menjadi satu hal menarik. Bukankah selama ini kita mengenal mata uang Cina dengan yuan? Lalu, apa bedanya renminbi dengan yuan?
Pengertian renminbi
Berdasarkan catatan Tempo, Selasa, 21 Februari 2023, mata uang Cina itu terdiri dari Yuan Cina (CNY) dan Renminbi (RMB). Renminbi sendiri adalah nama mata uang resmi Cina, sedangkan yuan adalah penyebutan satuannya.
Sebagai contoh, ketika masyarakat Cina ditanya mata uang resmi di negaranya pasti akan menyebut renminbi. Sedangkan saat menyebut nominal uang renminbi, masyarakat Cina tidak akan mengatakan “Harga meja itu 50 renminbi” karena itu hal keliru. Jadi penyebutan yang benar adalah “Harga meja itu 50 yuan”.
Singkatnya, renminbi merupakan penamaan resmi untuk mata uang resmi Cina, sedangkan yuan adalah penyebutan satuannya.
Selanjutnya: Kilas balik renminbi