TEMPO.CO, Jakarta - Analis Senior Lukman Leong memperkirakan rupiah akan datar dengan kecenderungan menguat terbatas yang didukung oleh permintaan Surat Berharga Negara (SBN).
"Namun, investor keseluruhan masih wait and see FOMC (The Federal Open Market Committee) minggu depan," kata dia ketika ditanya Antara di Jakarta, Rabu, 7 Juni 2023.
Menurut dia, SBN sangat diminati karena ekspektasi penguatan rupiah ke depan dan harapan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) setelah keluar data inflasi Mei 2023 yang menunjukkan inflasi sudah masuk ke target BI.
"Penurunan suku bunga akan menurunkan imbal hasil obligasi dan menaikkan harga. Minggu depan, investor menantikan keputusan suku bunga oleh The Fed," ujar dia.
Selama satu-dua pekan ini, lanjut dia, ekspektasi suku bunga The Fed sangat bervariasi, sehingga investor menginginkan kejelasan dari The Fed. Data-data ekonomi AS sebelumnya disebut menunjukkan potensi kenaikan suku bunga, tetapi dibantah oleh salah satu pejabat The Fed.
"Jadi sangat simpang siur, investor menghindari ketidakpastian dengan wait and see," ungkapnya.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank pada Rabu pagi menguat tipis 0,02 persen atau 3 poin menjadi Rp 14.857 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.860 per dolar AS.
Pilihan Editor: Laba Bersih Pertamina Rp 56,1 Triliun Terbesar Sepanjang Sejarah, Nicke WidyawatI: Bukan karena Windfall, tapi..
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini