TEMPO.CO, Jakarta - Pandemi menjadi ujian bagi banyak pelaku usaha seperti bisnis kuliner. Hal itu juga dialami sejumlah pelaku usaha yang sudah berdiri bertahun-tahun seperti soto Haji Ma’ruf yang legendaris di Jakarta. Generasi ketiga Haji Ma’ruf yang kini ikut meneruskan bisnis kuliner itu bercerita sempat kerepotan menjalani dan melanjutkan bisnis keluarga saat pandemi melanda.
“Omzet turun sampai 70 persen, sempat terpikir untuk tutup juga,” tutur Mufti Maulana, 30 tahun, saat ditemui di cabang Soto Ma’ruf di kawasan Tebet, Kamis, 25 Mei lalu.
Adanya larangan untuk makan di tempat, Mufti mulai memanfaatkan layanan pesan antar makanan dengan mendaftarkan layanan bisnisnya di platform GoFood. Diakui Mufti, omzet usahanya meningkat sampai 30 persen dan alami peningkatan melampaui pendapatan yang biasanya diperoleh sebelum masa pandemi.
Memanfaatkan penjualan di platform digital juga jadi jalan penyelamat bagi Febry Setiawan, pemilik usaha Ayam Goreng Berkah Rachmat yang terletak di kawasan Melawai, Jakarta Selatan. Febry bergabung dengan GoFood sejak enam tahun lalu.
Ia mengklaim penjualan online turut menopang omzet bisnisnya yang meningkat 5-10 persen tiap tahunnya. Saat pandemi, bisnisnya tertolong dari layanan pembelian daring. “Sekitar 60 persen penjualan berasal dari pesanan GoFood,” tutur Febry pada Kamis, 25 Mei lalu.
Strategi penjualan digital juga dibidik Lina Santika Rahmania, pemilik usaha Sanrah Food yang menjual berbagai macam sambal kemasan dan masakan beku siap santap. Untuk menopang penjualan produk konvensional, Lina sempat menjual sambal dan masakan bekunya di platform digital. Salah satunya seperti Indonesia Mall, layanan yang sempat disediakan Bank BRI dengan sejumlah lokapasar untuk mendorong pelaku UMKM memasarkan produknya secara daring.
Beruntung, saat pandemi Lina pun alami peningkatan pembelian. Selain secara online, rupanya banyak pihak tertarik menjadi reseller dari produk dagangannya. “Waktu pandemi saya termasuk beruntung, harga bahan baku stabil, lancar, enggak ada kesulitan penjualan, ada banyak yang berminat jadi reseller,” tutur Lina saat ditemui di rumahnya di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, pada Rabu, 24 Mei 2023.
Lina juga memanfaatkan pinjaman kredit usaha rakyat (KUR) yang disediakan Bank BRI untuk menambah modal usahanya. “Manfaat KUR buat tambah bahan baku,” kata Lina. Ia juga belum lama ini mendapat pinjaman Rp 75 juta untuk menambah produksi.
Pasca pandemi, diakui Lina omzetnya sempat menurun, ia pun kembali mencari cara agar penjualan produknya tetap terjaga dengan memasok barang dagangan di sejumlah restoran. “Saya menyiasati supaya tidak turun dengan memasukkan bebek ke restoran-restoran dan promosi ke mana-mana,” ujar Lina. Ilmu yang ia dapat dari banyak pengalaman mengikuti aneka bazar UMKM ia manfaatkan buat meningkatkan bisnisnya yang kini sudah mempekerjakan tujuh orang pegawai.
Pinjaman dari bank belum dilirik Mufti dan Febry. Keduanya masih mengupayakan bisa menjalankan bisnis dari perputaran penghasilan dan keuntungan bisnis selama ini. Adaptasi di era digital diakui ketiganya jadi hal mutlak yang harus dijajal untuk keberlangsungan bisnis terutama yang sudah berjalan puluhan tahun.
“Kami terus beradaptasi, memperbaiki kemasan agar penjualan dan pesanan online meningkat. Dan menjaga kualitas, kebersihan supaya pembeli yakin,” ujar Mufti.
Pilihan Editor: Belasan Perguruan Tinggi Ditutup, Ini Beberapa Kasus Pemalsuan Ijazah