TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Developmet of Economics and Finance atau Indef M Rizal Taufikurohman membeberkan dampak ekonomi Jerman tengah mengalami resesi pada awal 2023 terhadap ke perekonomian di Tanah Air.
Ia menjelaskan resesi di Jerman pada kuartal I 2023 sebesar 0,3 persen karena daya beli masyarakat rendah akibat inflasi yang sangat tinggi. "Kondisi resesi ini berdampak terhadap perekonomian Indonesia terutama terhadap perdagangan ekspor impor," ujar Rizal pada Tempo lewat keterangan tertulis pada Jumat, 26 Mei 2023.
Baca Juga:
Rendahnya daya beli rendah itu karena harga barang melambung tinggi sehingga masyarakat Jerman melakukan penghematan. Artinya, kata dia, permintaan barang yang selama ini dibutuhkan Jerman berpotensi menurun.
"Dampak yang dirasakan tersebut berkaitan dengan permintaan terhadap barang yang diimpor Jerman dari Indonesia," papar Rizal.
Dia mencontohkan, selama ini Indonesia menjual berbagai produk ke Jerman, seperti produk makanan, tekstil, alas kaki dan mineral. Sebaliknya, negara dengan ekonomi terbesar di Uni Eropa tersebut menjual mesin, kendaraan dan komoditas lainnya ke Indonesia.
"Berdasarkan catatan BPS (Badan Pusat Statistik) April 2023, menjelaskan bahwa terjadi peningkatan sebesar 53,3 persen ekspor non-migas ke Jerman, untuk barang seperti logam, perak, dan abu (HS 26), Kendaraan dan bagiannya (HS 87), dan olahan dari daging, ikan, krustasea, dan
moluska (HS 16)," ungkap Rizal.
Artinya, kata dia, masih ada potensi Indonesia mencatatkan surplus perdagangan atas Jerman. Meski begitu, dia menilai Indonesia harus tetap mengantisipasi terhadap resesi di Jerman. Termasuk, lanjut dia, investasi yang direncanakan Jerman ke Indonesia, seperti pembangunan IKN.
"Berdasarkan laporan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi Jerman di Indonesia sepanjang 2022 berjumlah US$ 195,49 juta," kata Rizal.
Selanjutnya: Rizal menyampaikan, besaran nilai investasi Jerman ...