Pada akhirnya, Alfons mengatakan, LockBit berhasil mencuri data BSI, kemudian menyebarkannya dan dapat diunduh oleh banyak pihak. Dalam hal ini, dia berujar, korban peretasan mengalami kerugian reputasi, runtuhnya kepercayaan nasabah dan nasabahnya mengalami penderitaan besar karena datanya yang dipercayakan ke bank tidak dijaga dengan baik.
“Kompetitor perusahaan tentunya bersorak sorai bisa mendapatkan data intelligence gratis,” kata dia.
Belajar dari analisa percakapan itu, menurut Alfons, menggunakan sopan santun saat bernegosiasi perlu dilakukan. Karena, kata dia, ada kasus salah satu ransomware yang berhasil mengenkripsi data server korbannya yang merupakan organisasi nirlaba.
“Berbekal pendekatan, komunikasi yang baik dan sopan, akhirnya pembuat ransomware berbaik hati memberikan kunci dekripsi kepada korban ransomware. Bahkan memberikan tips mengamankan datanya,” tutur Alfons.
Sementara, ketika dimintai konfirmasi, Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo mengatakan belum bisa menanggapi kebenaran soal komunikasi chat tersebut. Ia menyebutkan perlu melakukan serangkaian pemeriksaan terlebih dahulu.
“Kita lagi dalam investigasi. Dan itu membutuhkan waktu sehingga kami masih menunggu kesimpulan,” tutur Gunawan di Kantor Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN RI), Jakarta Pusat, Kamis, 25 Mei 2023.
Sebelumnya, BSI mengalami ganguan jaringan selama berhari-hari sejak 8 Mei 2023. Belakangan LockBit mengaku melakukan serangan ransomware dan menyebar sejumlah data pribadi nasabah karena negosiasi dengan BSI gagal. Dua direktur BSI dan komisaris utama bank pelat merah itu akhirnya dicopot usai serangan siber tersebut.
Pilihan Editor: Rekam Jejak Saladin Effendi yang Ditunjuk jadi Direktur IT BSI Usai Serangan Ransomware
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini