TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menanggapi kritikan Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK kepada pemerintah soal utang negara. Bahkan JK mengatakan setahun bayar utang dan bunga sampai seribu triliun, merupakan terbesar dalam sejarah Indonesia sejak merdeka.
“Apa yang disampaikan JK itu ya sangat masuk akal,” ujar dia melalui pesan suara pada Minggu, 21 Mei 2023 lalu.
Menurut Bhima, beban bunga utang saja sudah cukup besar yakni mencapai Rp 440 triliun setiap tahunnya. Dia pun memprediksi bahwa tahun depan pada saat pemilu beban bunga utang yang harus dibayar bisa tembus di angka Rp 500 triliun.
Artinya, Bhima menjelaskan akan menghabiskan banyak sekali pendapatan negara, terutama penerimaan pajak akan tersedot sebagian untuk bayar utang. Ditambah lagi di tengah kenaikan suku bunga, akan menjadi beban berat ya, suku bunga naik, kemudian inflasi global masih tinggi.
“Ini akan menjadi tekanan karena pemerintah harus menaikkan bunga sangat tinggi untuk menarik agar investor atau kreditur mau membeli surat utang,” ucap Bhima.
Sementara, jika dilihat dari postur utang, kata Bhima, salah satu penyebab pembengkakan ini adalah karena 88 persen strukturnya adalah surat berharga. Di mana bunganya relatif tinggi sekitar 6-7 persen.