TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan atau Kemenkeu menanggapi perihal isu kenaikan batas atas debt ceiling atau plafon utang di Amerika Serikat. Menurut Kemenkeu, isu tersebut belum berdampak pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto mengatakan isu debt ceiling di Amerika Serikat terkait dengan situasi politik di sana.
"Sejauh ini kita belum melihat dampaknya yang signifikan terhadap pasar keuangan global, termasuk spill over kepada pasar SBN (Surat Berharga Negara) kita," kata Suminto dalam konferensi pers APBN KITA secara virtual pada Senin, 22 Mei 2023.
Dia melanjutkan, pasar SBN RI masih sangat baik dan suportif. Hal tersebut menandakan tidak atau belum dilihatnya dampak dari isu debt ceiling di AS.
"Misalnya yield SBN seri benchmark 10 tahun, year to date (ytd) turun 55 basis poin yang salah satunya disupport oleh capital inflow yang dapat menekan yield ke bawah," ungkap Suminto.
Baca juga:
Hingga 21 Mei 2023, kata dia, inflow di pasar SBN mencapai Rp 60,65 triliun. Angka tersebut termasuk di April 2023 yang positif Rp 4,16 triliun.
"Demikian juga di bulan Mei. Kalau di paparan tadi, sampai 16 Mei itu masih terjadi sedikit outflow 0,15 triliun," ujar Suminto.
Ia mencatat, hingga per 21 Mei 2023 itu sudah positif kembali ke Rp 1,43 triliun secara month to date (mtd). "Dengan demikian, pasar SBN kita cukup suportif, termasuk didukung oleh capital inflow di pasar SBN kita," tutur dia.
Pilihan Editor: Standar Biaya Masukan Mobil Listrik Pejabat Hampir Rp 1 Miliar, Begini Kata Kemenkeu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini