TEMPO.CO, Jakarta - Gangguan yang terjadi pada PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI berdampak besar bagi masyarakat Aceh, pasalnya BSI merupakan bank prioritas yang digunakan. Salah satu nasabah BSI, Syakya Meirizal, menceritakan bagaimana kegaduhan masyarakat Aceh saat BSI mengalami gangguan.
BSI mengalami gangguan sejak Senin, 8 Mei 2023 hingga Kamis, 11 Mei 2023. Manajemen BSI memastikan bahwa layanannya kembali normal meskipun masih ada keluhan dari nasabah. Namun, masih belum jelas penyebab gangguan yang terjadi itu, kabar beredar menyebutkan bahwa bank syariah itu terkena serangan ransomware.
“Gangguan itu menimbulkan kegaduhan, Qanun LKS (Qanun Aceh No 11 tahun 2018 tentang Lembaga Keuangan Syariah) disalahkan. Padahal Qanun LKS sudah cukup baik,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Jumat, 12 Mei 2023. Qanun merupakan peraturan perundang-undangan yang setara dengan peraturan daerah.
Padahal, Meirizal yang merupakan pengusaha ikan itu melanjutkan, bukan Qanun LKS yang bermasalah, melainkan lebih ke arah teknis BSI-nya. “Ketua DPRD Aceh mempertimbangkan untuk merevisi Qanun LKS dan akan membiarkan bank konvensional masuk lagi,” ucap dia.
Dia mengatakan gangguan itu hampir terjadi di seluruh Aceh, termasuk di ATM BSI. Sehingga bagi masyarakat yang notabene bergantung pada kebutuhan uang tunai menjadi terganggu. “Di Aceh, mayoritas menggunakan transaksi tunai, mau tidak mau harus menggunakan ATM untuk tarik tunai,” tutur dia.
Menurut Meirizal, gangguan layanan BSI berdampak sistemik, karena hampir semua transaksi mengalami gangguan, seperti di stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU-pun ikut kena imbasnya. “Sektor konsumsi Aceh itu tinggi, ASN terdampak karena gaji mereka dibayar melalui BSI. Terdampak sampai ke pelosok,” kata dia.
Selanjutnya: BSI disebut tidak profesional dan tertinggal dari sisi pelayanan