TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus menyebutkan harga produk olahan bijih nikel saat ini sudah mendekati biaya produksi, sehingga dia meminta pemerintah mempertimbangkan kembali rencana penerapan pajak ekspor.
Apalagi, menurut Alexander, konsumsi industri dalam negeri masih belum sanggup untuk menyerap seluruh feronikel, nikel pig iron (NPI), dan nikel matte.
“Tidak ada pajak ekspor saja tidak ada yang beli. Kalau ada pajak, siapa yang beli. Apalagi serapan dalam negeri minim,” kata Alexander di The Westin, Jakarta, Selasa, 9 Mei 2023.
Dia menambahkan, pemerintah harus mempertimbangkan rencana pengenaan pajak ekspor ini dengan melihat situasi sekarang, karena harga NPI saat ini sudah jauh turun.
Alexander mengatakan turunnya harga produk dan permintaan nikel disebabkan suplai global yang berlebih di tengah menurunnya permintaan baja tahan karat atau stainless steel.
"NPI atau feronikel ini kan turunan berikutnya adalah stainless steel. Permintaan stainless steel dunia juga turun, karena kontruksi dunia turun. Karena inflasi tinggi, suku bunga juga tinggi, nah pasti pembangunan juga turun kan," katanya.
Alexander menyebutkan merosotnya permintaan fernonikel, nikel pig iron (NPI), dan nikel matte global sejalan dengan penurunan serapan stainless steel dunia. Kondisi ini terjadi karena anjloknya proyek pembangunan, infrastruktur, hingga bisnis properti seperti real estate.
Selanjutnya: Karena itu, sebagai pelaku usaha....