TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menjelaskan bagaimana komposisi dan profil utang dari Amerika Serikat. Negeri Paman Sam itu berpotensi gagal bayar utang yang nilainya sudah melebihi batas, saat ini utangnya mencapai US$ 31,45 triliun.
Untuk melihat kesehatan suatu negara terhadap utangnya, kata Eko, memang harus melihat ukuran ekonominya. Amerika, dia mengatakan, merupakan negara maju, yang tentu berbeda dengan negara berkembang.
“Biasanya begitu. Secara PDB (Produk Domestik Bruto) Amerika sudah di atas 100 persen, kurang lebih 121 persen. Jadi sudah tinggi. Kita juga tahu ekonomi Amerika itu juga besar, saya rasa salah satu yang terbesar di dunia,” ujar dia dalam acara virtual Market Review IDX Channel pada Selasa, 2 Mei 2023.
Menurut Eko, secara umum kondisinya masih bisa mengimbangi atas utang tersebut. Namun, karena angkanya sudah melampaui threshold atau ambang batas yang ditetapkan oleh Pemerintah Amerika sehingga yang harus dilakukan adalah upaya menaikan plafonnya.
“Ya kalau menaikkan kembali tentu saja secara politik itu mungkin, tapi mungkin juga akan menimbulkan persepsi di dalam konteks globalnya. Artinya, terhadap surat utang Amerika sendiri, karena kita tahu bahwa rating-nya kemudian turun juga,” ucap Eko.
Eko menuturkan Pemerintah Indonesia perlu melakukan antisipasi agar tidak terdampak dari kondisi Amerika itu. Salah satunya bisa mengoptimalkan pasar atau hubungan dagang dengan negara lain selain Amerika.
Selanjutnya: “Kita punya hubungan dagang besar juga dengan...."