TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pelaksanaan anggaran pendapatan belanja negara (APBN) hingga akhir Maret 2023 mencatatkan surplus sebesar 0,61 persen terhadap produk domestik bruto atau PDB. Hingga periode itu pembiayaan terkendali dengan tetap mengedepankan prinsip prudent, fleksibel, dan akuntabel.
Pembiayaan utang melalui surat berharga negara (SBN) dan pinjaman on track sesuai dengan strategi pembiayaan 2023, terealisasi sebesar Rp 224,8 triliun (32,3 persen dari target).
“Pengadaan utang dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan kas pemerintah, serta kebutuhan pembiayaan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita pada Senin, 17 April 2023.
Sementara pada periode yang sama tahun lalu, realisasi pembiayaan utang hingga Maret 2022 tumbuh sebesar 49,8 persen. Menurut Sri Mulyani, penarikan utang dalam jumlah besar pada awal tahun ini untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan global.
“Kami melakukan front loading untuk mengantisipasi kenaikan suku bunga yang higher for longer,” kata Sri Mulyani.
Saat ini, Sri Mulyani mengatakan, tekanan geopolitik dan sistem perbankan Amerika Serikat dan Eropa masih menjadi perhatian global yang terus diwaspadai. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2023 stabil, sejalan dengan proyeksi awal dan didukung konsumsi domestik yang cukup kuat.
Selanjutnya: Di samping itu, bendahara negara ini berujar....