TEMPO.CO, Jakarta - Saham produsen peralatan rumah tangga, Tupperware Brands Corp (TUP.N), sempat anjlok pada hari Senin lalu, 10 April 2023.
Tak tanggung-tanggung, harga saham Tupperware jeblok 50 persen ke level terendah dalam hampir tiga tahun terakhir menjadi US$ 1,21 (sekitar Rp 18.009) pada Senin lalu. Saham tersebut akhirnya tercatat merosot hingga 48 persen pada sesi akhir perdagangan dengan nilai pasar sekitar US$ 55 juta (sekitar Rp 818,6 miliar).
Selang sehari kemudian, pada Selasa, 11 April 2023 saham Tupperware terpantau naik menjadi US$ 1,32 (sekitar Rp 19.646). Meski begitu, angka tersebut masih jauh dari level tertinggi yang sempat dicatat pada tahun 2021 lalu di level US$ 38,57 (sekitar Rp 574.075) per saham.
Penurunan harga saham yang sangat besar itu kemudian memicu beredarnya kabar bahwa perusahaan asal Amerika Serikat itu terancam bangkrut. Benarkah?
Dalam pernyataannya pada Jumat pekan lalu, 7 April 2023, Tupperware menjelaskan bahwa perusahaan tersebut telah terlibat dengan penasihat keuangan untuk membantu memperbaiki struktur modal dan likuiditas jangka pendek. Selain itu, perusahaan tersebut juga tengah meninjau portofolio real estate untuk mempertahankan likuiditasnya.
Tupperware menyatakan tengah mencari pembiayaan untuk bertahan dalam bisnisnya. Tapi, mereka tak memiliki cukup uang tunai untuk mendanai operasi jika gagal melakukannya. Selain itu, manajemen perusahaan juga sedang meninjau portofolio tenaga kerja dan real estate sebagai opsi pemotongan biaya.
Selanjutnya: “Tupperware telah memulai perjalanan untuk ..."