TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan ada peluang pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak atau BBM subsidi jenis Pertalite. Peluang ini terbuka jika harga minyak dunia menurun.
"Dari harga minyak, kalau sudah menyentuh US$ 65, kami harus berhitung bahwa sebetulnya harus diturunkan harganya. Gitu, ya," kata Tutuka ketika ditemui wartawan di Kantor BPH Migas, Senin, 10 April 2023.
"Kalau belum itu (belum turun), kayaknya sih belum (turun harga Pertalite)" ujar Tutuka.
Saat ini harga minyak dunia kembali naik ke level di atas US$ 80 per barel. Oleh karena itu, masih diperlukan kucuran subsidi untuk pertalite. Kini Pertalite dibanderol Rp 10.000 per liter.
Sebelumnya, Kementerian ESDM menetapkan rata-rata ICP minyak mentah Indonesia pada Maret 2023 turun sebesar US$ 4,89 per barel menjadi US$ 74,59. Adapun ICP per Februari masih di level US$ 79,48 per barel. Penetapan tersebut ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 131.K/MG.03/DJM/2023 tentang Harga Minyak Mentah Indonesia Bulan Maret 2023 tanggal 3 April 2023.
Kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi global, khususnya di kawasan Eropa dan AS yang disebabkan penutupan Silicon Valley Bank pada 10 Maret 2023 diduga menjadi faktor penyebab pergerakan harga minyak dunia. Hal tersebut dikutip dari Executive Summary Tim Harga Minyak Mentah Indonesia.
"Selain itu, kekhawatiran para pelaku pasar seiring inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, meningkatkan kekhawatiran akan kenaikan suku bunga, penguatan nilai tukar Dolar dan perlambatan aktifitas ekonomi, serta berujung pada turunnya permintaan minyak mentah,” dikutip dari siaran pers Kementerian ESDM, Senin, 3 April 2023.
Pilihan Editor: Harga Minyak Diprediksi Menguat hingga US$ 73,84 per Barel, Didorong Peningkatan Permintaan dari China
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.