Selain itu, pesan-pesan ini juga dapat mengarahkan pengguna agar mengeklik tautan ke laman situs web atau lampiran berbahaya tertentu. “Para pelaku ancaman biasanya menggunakan pesan-pesan yang mendesak pengguna seperti menagih biaya yang belum dibayar, atau membangkitkan emosi pengguna,” kata dia.
Modus lainnya adalah menawarkan layanan "agen travel bayangan", di mana para penipu akan menawarkan layanan pemesanan perjalanan dengan harga terjangkau melalui berbagai platform media sosial. Sementara para wisatawan mentransfer sejumlah uang ke "agen travel bayangan", tersebut kemudian “agen” tersebut membayar penyedia layanan travel yang sebenarnya, seperti hotel atau maskapai penerbangan, dengan informasi pembayaran yang dicuri.
“Karena terdapat jeda waktu dalam pemrosesan pembayaran, penyedia layanan travel baru akan menyadari bahwa mereka telah ditipu ketika mereka melihat transaksi pembayaran. Setelah beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian,” tutur Scheurmann.
Pilihan Editor: Waspada Varian Baru Malware Prilex, Kaspersky: Bisa Blokir Transaksi NFC dan Mencuri Uang
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini