Ke depan, dia melanjutkan, Ditjen Bea Cukai akan terus melakukan perbaikan-perbaikan. Di pelabuhan, bandara, dan juga di tempat-tempat pelayanan lainnya, misalnya, terus dibenahi. "Itu komitmen kita."
Jika ada masukan dari publik, tentunya menjadi penguat Ditjen Bea Cukai untuk langsung diperbaiki. Begitu juga, bila ada kelemahan pada institusi tersebut, maka langsung dilakukan tindakan.
Sejumlah perbaikan, kata Askolani, juga dilakukan agar proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan simpel. Salah satunya dengan menggunakan teknologi dan informasi (IT) yang bisa membuat pelayanan lebih cepat. Contohnya pelayanan untuk IMEI smartphone, di mana beberapa waktu ke belakang Ditjen Bea Cukai sudah bisa memfasilitasinya agar lebih mudah.
"Kemudian juga kami melakukan di pelabuhan besar, di perbatasan, masalah rokok, semuanya dibenahi secara komprehensif. Jadi tidak bisa hanya sepotong-sepotong dari sisi pelayanan, termasuk pengawasan dan optimalisasi daripada penerimaan dan dukungan ekonomi kita di kawasan fasilitas ekonomi," tutur Askolani.
Sebelumnya, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid alias Alissa Wahid menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan dengan petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Cerita itu muncul setelah akun Twitter bernama @kurawa mengunggah cuitan dengan tangkapan layar seorang wanita yang membawa piala lomba nyanyi di Jepang ditagih Rp 4 juta.
“Maaf nyamber. Suatu ketika saya pulang dari konferensi di Taiwan. Di Cengkareng, saya diarahkan menuju meja pemeriksaan yang di dalam itu,” cuit Alissa pada Ahad, 19 Maret 2023.
Kemudian terjadilah komunikasi antara putri sulung Presiden Keempat Abdurrahman Wahid atau Gur Dur itu dengan seorang petugas wanita bea dan cukai. Kepada Alissa, petugas itu mempertanyakan: "Kamu pulang kerja ya di Taiwan? Berapa lama kerja di sana? Bawa apa aja? Buka kopernya,” tulis Alissa menirukan petugas.
Selanjutnya: Lantas Ketua PBNU itu...