TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan visi Indonesia menjadi negara maju pada 2045 dalam acara Business Forum di Seoul, Korea Selatan. Untuk mencapai target tersebut, kata dia, perlu pemanfaatan dan optimalisasi komoditas mineral yang dimiliki Indonesia.
“Pengolahan bahan mentah menjadi produk industri (hilirisasi) dan penerapan transformasi ekonomi menjadi salah satu kunci,” ujar dia lewat keterangan tertulis pada Sabtu, 25 Maret 2023.
Terlebih lagi, Luhut melanjutkan, dengan meningkatnya permintaan pasar global terhadap komoditas mineral dan produk turunannya serta pengembangan teknologi ramah lingkungan, Indonesia memiliki peluang besar untuk memainkan peran strategis di pasar global. Menurut dia, berbagai tantangan yang dihadapi tidak menggoyahkan peran Indonesia di kancah ekonomi dunia.
Luhut menuturkan, selama beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menunjukkan ketahanan dan kekuatannya, terutama di tengah tantangan global seperti pandemi Covid-19, krisis perang Rusia-Ukraina, hingga pengetatan kebijakan moneter di seluruh dunia. Perekonomian Indonesia mampu tumbuh di atas 5 persen pada 2022 dan produk domestik bruto (PDB) per kapita juga meningkat.
“Hal itu didasari beberapa faktor, seperti luas wilayah yang besar, lokasi strategis, serta dilengkapi sumber daya alam yang melimpah. Negara kita ini terletak di sepanjang jalur laut utama yang menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan, dan Oseania, serta kaya akan cadangan mineral transisi energi sehingga potensi energi baru terbarukan tinggi,” tutur Luhut.
Mengutip data dari Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral dan Statista, Indonesia menjadi negara dengan candangan nikel terbesar di dunia. Kemudian, timah kedua di dunia, bauksit keenam di dunia, tembaga ketujuh di dunia, serta memiliki 437,4 GW potensi energi baru terbarukan, yang mencakup solar, air, angin, bioenergi, geothermal, dan laut.
“Di tahun 2045 nanti, Indonesia berambisi menjadi negara maju dengan PDB senilai US$ 10.000,” ucap Luhut.
Untuk mencapai target itu, kata dia, Indonesia harus mampu melakukan setidaknya lima hal. Yakni memulihkan perekonomian di tengah berbagai tantangan global; meningkatkan efisiensi melalui digitalisasi; memperkuat ketahanan ekonomi melalui peningkatan dana desa; mitigasi dampak perubahan iklim melalui dekarbonisasi dan transisi energi; dan transformasi ekonomi dari berbasis komoditas menjadi berbasis industri.
Dalam rangka menerapkan itu, transformasi ekonomi yang mempertimbangkan kebijakan hilirisasi juga menjadi faktor penentu perekonomian Indonesia. Implementasi kebijakan hilirisasi selama ini terbukti memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia.
Dengan meningkatkan nilai ekspor, memberikan kontribusi terhadap PDB, memperbaiki neraca perdagangan, penyerapan tenaga kerja, mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa untuk pemerataan pembangunan dan sebagainya.“Akibatnya sekarang ada banyak investasi yang tidak hanya fokus di Pulau Jawa dan jumlah ekspor kita pun meningkat,” kata Luhut.
Di masa mendatang, menurut Luhut, kebijakan hilirisasi akan mencakup pendirian kawasan industri bernilai tambah tinggi untuk mendukung digitalisasi ekonomi yang semakin pesat dan tren ekonomi hijau. Selain itu, mengalokasikan sumber energi rendah emisi (hijau) untuk industri bernilai tambah tinggi; serta membentuk talent pool berkualitas melalui program screening bagi lulusan sarjana jurusan teknik dan sains untuk diarahkan bekerja di perusahaan kelas dunia di bidang teknologi.
“Kebijakan investasi dan insentif didorong untuk menciptakan ekosistem industri yang komprehensif dan berdaya saing tinggi juga akan didorong,” ujar Luhut.
Aspek kelestarian lingkungan pun juga menurut Luhut menjadi faktor lain yang perlu diperhatikan. Investasi di industri daur ulang baterai lithium, transisi ke penggunaan karbon rendah emisi, dan masa depan climate resilient, serta Just Energy Transition Partnership yang ditandatangani saat G20 2022 menjadi komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan Persetujuan Paris.
Pilihan editor: Luhut Klaim Negosiasi Indonesia dengan Tesla Alami Kemajuan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini