Sehingga kenapa terjadi loss di dalam sekurities valuation, karena suku bunga Fed Fund Rate dan US Tresury naik, lalu harga obligasi pemerintah turun, kemudian negatif valuasi dari surat-surat berharganya. Negatif valuasi ini yang kemudian menggerogoti modalnya.
“Barangnya (surat berharga pemerintah) sebenarnya aman tapi karena available for sale makanya mark-to-market loss, dan itu menggerogoti modal,” ucap Perry.
Dia mencontohkan Silicon Valley Bank yang ingin menambah modal melalui penawaran saham perdana atau IPO yang memunculkan pertanyaan. Kemudian, Perry berujar, rencana IPO itu gagal, yang kemudian menjadi rumor bagi para deposan. Lalu, banyak deposan yang secara spontan ingin menarik dananya dan terjadi laj bank runs—keadaan di mana nasabah bank melakukan penarikan uang besar-besaran.
“Itulah yang terjadi pada Jumat sepekan lalu dengan cepat,” tutur Perry. “Kemudian, pada Jumat malam, Sabtu, dan Ahad, pemerintah Amerika bergerak cepat melalui Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), untuk mengambil alih bank tersebut.”
Pilihan editor: Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini