TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI mengumumkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjaga. Hal itu sejalan dengan langkah stabilisasi BI di tengah kembali meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan sejalan dengan pelemahan hampir seluruh mata uang dunia akibat peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, nilai tukar rupiah pada 15 Maret 2023 sedikit terdepresiasi sebesar 0,75 persen secara point-to-point dibandingkan dengan level akhir Februari 2023.
“Secara year-to-date, nilai tukar rupiah pada 15 Maret 2023 menguat 1,32 persen dari level akhir Desember 2022,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Kamis, 16 Maret 2023.
Menurut Perry, nilai tukar rupiah lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Rupee India sebesar 0,16 persen. Serta depresiasi Baht Thailand dan Ringgit Malaysia masing-masing sebesar -0,04 persen dan -1,80 persen.
Ke depan, Perry menuturkan, BI memperkirakan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga. “Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tinggi, inflasi yang rendah, surplus transaksi berjalan, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik,” ucap dia.
Selain itu, dia berujar, BI juga akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor (imported inflation).
Serta memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global terhadap nilai tukar rupiah. “Kebijakan tersebut diperkuat dengan pengelolaan devisa hasil ekspor melalui implementasi TD (term deposit) valas DHE (Devisa Hasil Ekspor) sesuai dengan mekanisme pasar,” kata Perry.
Pilihan Editor: Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan di 5,75 Persen
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.