TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri menjelaskan bagaimana dampak dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat terhadap Indonesia. Menurut dia, dampaknya tidak terlalu banyak bagi sektor keuangan Indonesia.
“Karena exposure kita kecil,” ujar dia kepada Tempo setelah menghadiri acara DBS Asian Insights Forum di Ballroom The St. Regis Jakarta, Jakarta Selatan pada Rabu malam, 15 Maret 2023.
Chatib meyakini sektor keuangan Indonesia masih bagus dan relatif stabil. Menurut pakar ekonomi itu mengakui dampak bangkrutnya SVB memang ada guncangan di pasar keuangan. “Tapi efeknya secara relatif sih masih akan cukup baik (bagi Indonesia),” tutur dia.
SVB mengalami keruntuhan secara mendadak sejak Jumat, 10 Maret 2023. Kebangkrutan bank andalan perusahaan rintisan teknologi ini, merupakan kegagalan bank terbesar sejak 2008 sebagai imbas dari kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed).
Bank tersebut beroperasi sejak 1983 dan melayani urusan perbankan bagi para perusahan teknologi. SVB melayani pembiayaan setengah dari perusahaan teknologi dan asuransi kesehatan yang didukung oleh pemerintah AS. Sehingga SVB termasuk dalam 20 bank komersial Amerika teratas dengan aset hingga US$ 209 miliar pada akhir tahun lalu.
Sementara, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kondisi pasar global sepekan terakhir harus diwaspadai imbas bangkrutnya SVB. Jangan sampai perbankan Indonesia terkena dampak.