"Penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor hasil minyak 43,87 persen menjadi US$ 306,7 juta dan ekspor gas 14,78 persen menjadi US$ 736,9 juta, sementara ekspor minyak mentah naik 85,65 persen menjadi US$ 142,9 juta," kata Habibullah.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari-Februari 2023 turun 0,26 persen dibanding periode yang sama pada 2022, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 1,95 persen. Sedangkan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 58,76 persen.
Ekspor nonmigas Februari 2023 terbesar adalah ke Cina yaitu US$ 5,04 miliar, disusul Amerika Serikat US$ 1,91 miliar dan Jepang US$ 1,74 miliar dengan kontribusi ketiganya mencapai 42,99 persen. Sementara ekspor ke ASEAN dan Uni Eropa (27 negara) masing-masing sebesar US$ 3,97 miliar dan US$ 1,25 miliar.
Sementara itu, menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari-Februari 2023 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$ 6 miliar atau 13,72 persen, diikuti Kalimantan Timur US$ 5,1 miliar atau 11,67 persen dan Jawa Timur US$ 3,83 miliar atau 8,75 persen.
ANTARA
Pilihan Editor: Afrika Berpotensi Jadi Alternatif Pasar untuk Ekspor dari Indonesia
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.