Sementara itu, warga Indonesia berinisial LA, memilih SmartTAG. Menurut dia, sistem pembayaran tol di Malaysia kini sepenuhnya cashless. Ada tiga opsi pembayaran, yaitu menggunakan kartu e-money (Touch&Go), SmartTAG, dan RFID.
Menurut dia, mesin SmartTAG memang lebih mahal ketimbang RFID. Dia membeli SmartTAG senilai 150 ringgit (setara Rp 514 ribu dengan nilai kurs Rp 3.430). Sementara RFID dibanderol kira-kira 35 ringgit (setara Rp 120 ribu dengan kurs yang sama).
Namun, dia cenderung menggunakan SmartTAG karena dianggap lebih praktis. Pertimbangan lainnya adalah belum banyak gerbang tol di Malaysia yang menyediakan jalur khusus pembayaran RDIF.
"Kalau SmartTAG paling tidak masih bisa masuk juga ke gate Touch&Go, soalnya di dalam SmartTAG kan ada kartunya, tinggal buka kaca aja," ujar wanita yang bekerja di Malaysia ini.
Yang gagal kini muncul kembali
Sejatinya teknologi pembayaran tol tanpa sentuh bukan hal baru karena pemerintah sebelumnya pernah mencoba sistem dengan teknologi Dedicated Short Range Communication (DSRC) pada 2017. Untuk menerapkan teknologi ini dibutuhkan alat bernama On Board Unit (OBU).
Akan tetapi, penggunaan teknologi DSRC terhenti lantaran OBU mahal dan tidak tersedia dalam jumlah banyak kala itu. Meskipun OBU sempat diuji coba, tapi pemerintah akhirnya saat itu lebih mengutamakan sistem pembayaran dengan e-money.
Oleh karena itu, Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Tory Damantoro mengutarakan peluang berhasil atau tidaknya MLFF di Tanah Air sangat bergantung pada cara penerapannya.
Teknologi MLFF yang digadang-gadang saat ini pun, menurut dia, bisa jadi gagal seperti DSRC apabila teknologi GNSS hanya bisa dipakai di jalur khusus. Hal berbeda, misalnya, jika penerapan MLFF didorong masif seperti pemakaian e-money saat ini.
Pengendara mobil melakukan pembayaran nontunai menggunakan kartu uang elektronik ataue-toll di Gerbang tol RAMP Taman Mini 2, Jakarta, Kamis 7 September 2017.Dengan transaksi non tunai pengendara hanya membutuhkan waktu 4 detik/transaksi. TEMPO/Subekti.
Bahkan, dalam bayangannya, nantinya tak akan ada lagi kemacetan dengan sistem pembayaran MLFF. Sebab, seluruh kendaraan yang melintas akan terus bergerak tanpa perlu berhenti untuk membayar tol.
Dengan begitu, tak ada lagi waktu masyarakat yang terbuang ataupun adanya penurunan produktivitas akibat macet di pintu tol. Mesin mobil yang menyala di tengah kemacetan dan bahan bakar minyak (BBM) yang terbuang sia-sia serta menimbulkan polusi pun tak perlu lagi terjadi.
"Itu harus di-handle. Biar tidak macet bagaimana, salah satunya pakai MLFF," ucap Tory saat dihubungi kemarin.
Selanjutnya: Untuk merealisasikan teknologi tersebut, ...