Menurut Menteri Syahrul, panen raya padi nusantara yang kedua oleh Presiden Jokowi di Kabupaten Ngawi ini telah memberikan simbol panen bersama 1 juta hektare, walaupun data secara keseluruhan menunjukkan pada bulan Februari ini lahan yang panen mencapai seluas 1,20 juta hektare dengan perkiraan produksi 6,39 juta ton gabah kering giling (GKG), setara beras 3,68 juta ton.
Selanjutnya Maret seluas 1,70 juta hektare dengan produksi 9,14 juta ton GKG setara beras 5,26 juta ton, dan bulan April 1,15 juta hektare dengan produksi 6,09 juta ton GKG atau setara beras 3,51 juta ton.
"Sehingga, kita berharap panen yang lebih cepat ini kita maksimalkan dan serentak dilakukan, karena kita menghadapi cuaca kemarau panjang. Walaupun ternyata saat panen ini, hujan masih ada sehingga anomali cuaca ini harus kita perhitungkan," katanya.
Lebih lanjut Mentan menyebutkan produksi padi di Kabupaten Ngawi jauh lebih tinggi yakni rata-rata mencapai 8 ton per hektare dibanding daerah lainnya hanya 6 ton per hektare. Padahal lahan di Kabupaten Ngawi bukan sawah irigasi, tapi menggunakan pompa air namun perlakuan petani cukup baik.
"Oleh karena itu, perintah Presiden untuk perbanyak 'dryer', 'power thresher', bahkan karena harga gabah lebih tinggi menggunakan mesin combine dibanding sabit, maka Presiden juga meminta untuk diperbanyak mesin panen combie dan kami siap sampai 1.000 unit menggunakan dana KUR untuk mendukungnya," kata dia.
Sementara sesuai data, luas panen pada Maret 2023 di Kabupaten Ngawi mencapai 32.676 hektare. Harga gabah saat ini di Kabupaten Ngawi untuk panen secara manual Rp4.700 sampai 4.900 per kilogram, sementara yang menggunakan mesin "combine harvester" bisa mencapai Rp5.000 sampai Rp 5.500 per kilogram.
Pilihan Editor: Transaksi Mencurigakan Rp 300 T di Kemenkeu, Mahfud MD: Berhasil Dikembalikan ke Negara Rp 7,08 T
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.