TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat transaksi lebih dari Rp 50 triliun triliun sepanjang 2022. Dengan rata-rata transaksi setiap bulannya sebesar 4.400 triliun. Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko menyebut total transaksi tersebut meningkat 116 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Ini menunjukan peluang perkembangan perdagangan berjangka komoditi di Indonesia berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian negara," ujar Bappebti Didid dalam acara pembukaan Bulan Literasi Perdagangan Berjangka Komoditi di Hotel JS Luwansa Jakarta, Selasa, 7 Maret 2023.
Terlebih selama pandemi, kata Didid, perdagangan berjangka komoditi menjadi salah satu perdagangan yang tidak surut. Volume transaksinya meningkat lebih dari 21 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Didid pun menyadari ada tantangan keamanan bagi nasabah dalam berinvestasi. Apalagi pada saat yang sama, nasabah juga ingin mencari keuntungan.
Pasalnya, seiring peningkatan transaksi selama 2022, Bappebti juga mencatatkan peningkatan pengaduan. Sebagian besar pengaduan, kata Didid, berkaitan dengan investasi ilegal. "2022 kan ada (kasus) robot trading," ucap Didid.
Menurut Didid, hal tersebut terjadi lantaran pemahaman masyarakat ihwal perdagangan komoditi yang terbatas. Selain itu, masih ada pelaku usaha yang tidak taat betul terhadap peraturan serta masih ada celah dalam peraturan yang ada.
Oleh karena itu, tahun ini Bappebti akan berupaya untuk memperbaiki kondisi-kondisi tersebut. "Pada 2023 ini merencanakan pembentukan harga acuan komoditi sesuai dengan arahan Bapak Menteri (Perdagangan) dalam rapat kerja Bappebti bulan Januari kemarin," ujar Didid.
Pilihan Editor: Bappebti Sebut Aset Kripto Januari 2023 Turun Jadi Rp 12 Triliun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.