TEMPO.CO, Jakarta - Harga emas dunia sedang mengalami pelemahan dan berada di zona merah selama empat minggu berturut-turut. Dalam penutupan pasar AS pada Sabtu 25 Februari 2023 pukul 03.30 WIB, harga emas dunia di level US$ 1,810,20 per troy ounce.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan alasan terjerembabnya harga emas dunia di zona merah turut disebabkan meningkatnya ketidakpastian atas kebijakan moneter AS, dengan pasar mencari lebih banyak isyarat dari pembacaan pengukur inflasi pilihan Federal Reserve atau Fed di kemudian hari.
"Inti dari perdagangan emas adalah perasaan tenggelam bahwa logam dapat dikonsumsi oleh inflasi yang sama yang seharusnya menjadi lindung nilai," kata Ibrahim melalaui keterangan persnya, Sabtu 25 Februari 2023.
Selanjutnya, bisikan di setiap sudut Wall Street yang menyebut emas bakal naik menjadi US$2.000, hanya sedikit yang yakin harga emas bertahan di level US$1.700 dan ini akan memupus harapan emas akan Kembali ke level terendahnya di US$ 1,580 pada semester pertama 2023.
Masalah terbaru terhadap emas, Indeks Pengeluaran Konsumsi Pribadi atau PCE yang tumbuh 5,4 persen pada tahun berjalan hingga Januari, mengalahkan perkiraan untuk bulan tersebut serta pertumbuhan sebelumnya pada bulan Desember.
Ekonom memperkirakan pertumbuhan tahunan PCE setidaknya sama dengan 5 persen, setelah kenaikan suku bunga yang agresif oleh Fed selama hampir satu tahun sekarang. Tanpa harga makanan dan energi yang bergejolak, apa yang disebut Indeks PCE inti naik 4,7 persen selama 12 bulan hingga Januari dibandingkan perkiraan 4,3 persen dan pertumbuhan sebelumnya sebesar 4,4 persen pada tahun ini hingga Desember.
Indeks Harga Konsumen, ukuran inflasi yang lebih luas, berada pada level tertinggi empat dekade sebesar 9,1 persen untuk tahun ini hingga Juni. Ini telah dimoderasi sejak pertumbuhan tahunan sebesar 6,4 persen pada bulan Januari. Target inflasi Fed hanya 2 persen per tahun.
Untuk menekan pertumbuhan harga yang tidak terkendali, The Fed menambahkan 450 basis poin ke suku bunga sejak Maret melalui delapan kenaikan. Sebelum itu, angkanya hampir nol setelah wabah global virus corona pada tahun 2020.
Kenaikan pertama The Fed pasca Covid-19 adalah kenaikan 25 basis poin pada Maret tahun lalu. Kemudian naik dengan kenaikan 50 basis poin di bulan Mei.
"Setelah itu, dilakukan empat kenaikan ukuran jumbo berturut-turut sebesar 75 basis poin dari Juni hingga November. Sejak itu, telah kembali ke kenaikan 50 basis poin yang lebih sederhana di bulan Desember dan kenaikan 25 basis poin di bulan Februari," kata Ibrahim.
Ekspektasi suku bunga untuk pertemuan kebijakan Fed pada 22 Maret, dipantau oleh pedagang valuta asing, tetap pada 25 basis poin pada hari Jumat, meskipun bisa berakhir dua kali lipat di tengah meningkatnya seruan untuk pengawasan yang lebih ketat dari para hawk bank sentral.
Sedangkan untuk perdagangan Senin, harga emas dunia diprediksi melemah di rentang US$ 1,782.30 – US$ 1,857.60 per troy ounce.
Pilihan Editor: Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah, Sore Ini Rp 15.202 per Dolar AS
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.