Mayoritas pembaca Koran Shinano adalah orang tua dengan usia lebih dari 40 tahun. Warga berusia 40 tahun ke atas mendominasi demografi warga Nagano dengan porsi 40 persen. Mereka membayar biaya berlangganan koran sebesar 3.500 yen per bulan.
Penjualan Koran Shinano sempat mengalami penurunan pada pandemi Covid-19. Namun, Norio mengatakan perusahaannya tak sampai menutup penerbitan koran versi cetak seperti yang terjadi di banyak negara, misalnya Amerika Serikat.
Untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis koran di tengah maraknya media digital, manajemen Shinano mengklaim memiliki sejumlah strategi. Manajemen tetap mengikuti arus untuk menerbitkan berita versi digital, namun tak semua informasi dapat diakses secara gratis oleh pembaca. Khusus konten-konten berita dengan informasi yang lebih lengkap atau eksklusif, manajemen mematok biaya berlangganan.
“Sebagai percobaan, kami menyediakan artikel cuma-cuma. Kami masih melihat mana yang lebih berpotensi (menarik minat market antara cetak dan digital),” ucap Norio.
Manajemen tak memungkiri bisnis media menghadapi tantangan besar di tengah disrupsi teknologi digital. Oleh karena itu, Koran Shinano Mainichi Shimbun akan terus berinovasi untuk menarik minat para pelanggan muda yang mulai beralih membaca berita versi digital.
Selain itu, Koran Shinano Mainichi Shimbun mengklaim tetap menjaga kualitas konten pemberitaannya. Misalnya, manajemen mengatur jumlah reklame iklan agar pelanggan tetap merasa nyaman saat membaca koran.
Di sisi lain, manajemen Koran Shinano Mainichi Shimbun menyatakan terus menjamin kesejahteraan bagi para jurnalis yang bekerja di kantor media tersebut. Jurnalis Koran Shinano Mainichi Shimbun bekerja selama maksimal 10 jam per hari dengan upah 9.000 yen sehari atau lebih dari Rp 1 juta bila dikonversikan ke rupiah.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA (Nagano)
Pilihan Editor: Rancangan Perpres Publisher Rights Ditargetkan Rampung Pekan Depan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.