TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Syamsul Hidayat menyebut persiapan PGE untuk melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Langkah IPO perusahaan panas bumi tersebut, kata dia, ditujukan untuk diversifikasi pendanaan.
“Mesti dipahami juga bahwa investasi di bidang panas bumi butuh biaya besar,” kata Syamsul dalam diskusi “IPO Sektor Strategis, Apa Manfaatnya?” yang digelar virtual, Sabtu, 18 Februari 2023.
Syamsul juga mengatakan IPO dilakukan karena Pertamina—sebagai induk perseroan—memberi keleluasaan kepada PGE untuk mencari alternatif pendanaan sendiri. Dengan begitu, PGE sebagai subholding tidak selalu bergantung pada induk perusahaan. “Pertamina ingin PGE di-IPO untuk meningkatkan value,” kata dia.
Di samping itu, Syamsul melanjutkan, IPO dilakukan sebagai langkah PGE mencari pendanaan untuk pengembangan pemanfaatan panas bumi di Indonesia. Harapannya agar panas bumi Indonesia bisa dimanfaatkan dengan lebih baik seiring upaya transisi energi.
“Dan kita tahu geothermal merupakan sustainable energy yang mengarah ke green energy,” ucap Syamsul. “Ini momen tepat kami untuk mencari partner mengembangkan green energy.”
PGE siap melakukan IPO senilai Rp 9,8 triliun karena telah mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menawarkan saham di Bursa Efek Indonesia. Direktur Keuangan PGE Nelwin Aldriansyah mengatakan PGE bakal melaksanakan penawaran umum saham perdana pada 20 hingga 22 Februari 2023.
Selanjutnya: PGE tersebut membidik dana maksimal Rp9,78 triliun