TEMPO.CO, Jakarta - Baru-baru ini sosok Chairul Tanjung kembali menjadi sorotan warganet di media sosial. Hal itu karena sejumlah gerai retail Transmart miliknya tutup permanen di berbagai tempat. Seperti apa sebentulnya jejak karir Chairul Tanjung? Apa saja bisnis lain yang diimilikinya?
Profil Chairul Tanjung
Chairul Tanjung (CT) seorang pebisnis yang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Forbes pernah mencatat total kekayaannya mencapai US$ 8,5 miliar pada 2022. Pria yang dijuluki ‘Anak Singkong’ ini lahir di Gang Sepur, Kemayoran, Jakarta pada 18 Juni 1962.
Ayah CT, Abdul Ghafar merupakan seorang wartawan dari Sibolga, Sumatera Utara di masa kepemimpinan Presiden Soekarno. Sementara ibunya Halimah, merupakan ibu rumah tangga yang berasal dari Cibadak, Jawa Barat. CT memiliki lima saudara, yakni Chairal Tanjung, Chairil Tanjung, Selvi Tanjung, Lukman Hakim Tanjung, dan Oki Hertian Tanjung.
Abdul Ghafar sempat menerbitkan surat kabar namun dipaksa tutup saat masa itu. Dengan kondisi ekonomi mencekik, kedua orang tua CT harus menjual rumah dan pindah ke kamar losmen yang sempit. Meski begitu, pendidikan anak-anak mereka tetap menjadi prioritas.
CT belajar di bangku sekolah SD dan SMP Van Lith, Jakarta. Kemudian, melanjutkan ke SMA Negeri 1 Boedi Oetomo dan dinyatakan lulus pada 1981. Setelah menamatkan bangku sekolah menengah atas, dia berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia. Demi memenuhi kebutuhan dan biaya perkuliahan, CT pernah berjualan buku, bisnis fotokopi, hingga menjajakan kaos.
CT juga mencoba peruntungan dengan membangun usaha jasa penyewaan peralatan laboratorium dan kedokteran di sekitar Pasar Senen. Namun, bisnisnya tersebut bangkrut. Meski berulang kali gagal dan berbeda dengan bidang ilmu yang dimiliki dari perguruan tinggi, Chairul merasa bangga bisa meniti karier di dunia wirausaha.
Perjalanan Bisnis Chairul Tanjung
Usai lulus pada 1987, CT menaruh fokus untuk merintis bisnisnya. Dia membangun PT. Pariarti Shindutama bersama ketiga temannya. Dengan modal awal dari Bank Exim sebesar Rp 150 juta untuk memproduksi sepatu anak dan diekspor ke luar negeri. Tercatat ada 160 pasang sepatu yang dikirim ke Italia.
Sayangnya, karena ada perbedaan visi, CT memutuskan untuk berpisah dan mendirikan usahanya sendiri yakni Para Group (sekarang CT Corp). Pada 1996, dia mengambil alih Bank Karman yang kini dikenal dengan Bank Mega. Kemudian, mengakuisisi Bank Tugu dan mengubah namanya menjadi Bank Mega Syariah Indonesia.
Selanjutnya: Daftar bisnis Chairul Tanjung...