TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom yang juga Direktur Segara Institut Pieter Abdullah Redjalam merespons Anggota Komisi XI DPR RI Sihar Sitorus meminta Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menghentikan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) desa. Sihar menilai program itu dinilai membuat masyarakat jadi malas bekerja.
Pieter mengatakan bahwa BLT membuat masyarakat desa menjadi malas adalah hal yang tidak tepat. Menurut Pieter, BLT adalah bantuan untuk menutup sebagian kebutuhan primer masyarakat, khususnya pangan agar masyarakat bisa makan secara layak.
“Kalau mereka bermalas-malas BLT tidak akan cukup untuk menutup kebutuhan primer lainnya,” ujar dia kepada Tempo pada Kamis, 9 Februari 2023.
Selain itu, kata dia, dari berbagai survei yang pernah dilakukan karakteristik masyarakat desa bukanlah masyarakat yang malas. Mereka miskin bukan karena malas, tapi memang karena benar-benar miskin. Pieter mencontohkan mulai dari miskin aset, sumber daya, bahkan kebanyakan tidak memiliki lahan.
“Hanya menjadi penggarap. Sementara term of trade petani sangat rendah,” ucap Pieter.
Dia pun menuturkan jika BLT membuat masyarakat desa menjadi malas, dapat dipastikan BLT tersebut salah sasaran. “BLT desa sebaiknya bukan dihentikan, tetapi dialihkan dalam bentuk bantuan yang lebih tepat sasaran,” tutur Pieter.
Sebelumnya, Sihar menyampaikan itu dalam rapat dengar pendapat bersama Diretur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Luky Alfirman. Menurut politikus PDIP itu, BLT mungkin sudah waktunya dipikirkan apakah harus disetop atau tidak.
“Karena kembali lagi masyarakat sekarang menunggu BLT, mereka nggak mau lagi kerja, tunggu aja nanti juga dapat," kata dia dalam rapat dengar pendapat di Kompleks Parlemen yang disiarkan langsung melalui akun YouTube Komisi XI DPR RI Channel, Rabu lalu.