TEMPO.CO, Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat penjualan listrik pada tahun 2022 mencapai 270,82 terawatt hour (TWh) dengan total 85,28 juta pelanggan. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 15,75 TWh atau 6,17 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 255,07 TWh.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyebut capaian ini berhasil diraih karena perseroan melakukan ekstensifikasi, seperti penciptaan demand listrik baru melalui program akuisisi captive power dan electrifying agriculture. Kemudian, program intensifikasi yang dilakukan dengan program pemasaran tambah daya bagi pelanggan eksisting.
“Kami terus mencari ceruk pasar baru sehingga berhasil mengajak banyak pelanggan bisnis dan industri untuk beralih dari penggunaan pembangkit listriknya sendiri ke listrik PLN. Program ini berhasil menyumbang penjualan sebesar 2,53 TWh,” kata Darmawan melalui keterangan tertulis, Rabu, 8 Februari 2023.
Selain menyasar sektor Industri, Darmawan menjelaskan strategi PLN dalam menjaga pertumbuhan konsumsi listrik dilakukan melalui sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan. Program yang dijalankan adalah program electrifying agriculture. Program agrikultur modern berbasis energi listrik ini diklaim sukses menyumbang penjualan sebesar 0,31 TWh.
“PLN mendorong inovasi pada sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan agar masyarakat yang sebelumnya menggunakan alat-alat mesin pertanian berbasis fosil, mahal, dan merusak lingkungan menjadi berbasis listrik, murah, dan ramah lingkungan,” ujar Darmawan.
Adapun dari program intensifikasi pemasaran, seperti promo tambah daya, menyumbang penjualan sebesar 1,31 TWh.
Lebih lanjut, Darmawan mengatakan penjualan listrik sepanjang 2022 meningkat di seluruh wilayah. Pertumbuhan paling pesat terjadi di wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara dengan capaian 9,34 persen atau 20,34 TWh. Sementara itu, wilayah Sumatera dan Kalimatan tumbuh 6,43 persen atau 56,05 TWh. Kemudian, wilayah regional Jawa, Madura dan Bali tumbuh sebesar 5,78 persen atau 194,42 TWh.
Secara sektoral dan berurutan pada 2022, Darmawan melanjutkan, penjualan tenaga listrik pada tarif rumah tangga menyumbang 42,53 persen, tarif industri menyumbang 32,35 persen, bisnis 17,49 persen, tarif sosial menyumbang 3,69 persen, tarif publik menyumbang 3,15 persen, dan layanan multiguna, traksi, serta curah menyumbang 0,79 persen.
Pilihan Editor: Coca Cola Investasi Rp 556 Miliar Bangun Fasilitas Daur Ulang Sampah Plastik
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini