Masa kecil Budiman dihabiskan di Bogor. Menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor, ia kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Cilacap dan lulus tahun 1986. Ia lalu pindah kembali ke Bogor untuk menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 5 Bogor.
Budiman lantas melanjutkan pendidikan tingginya di Fakultas Ekonomi Univesitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saat di bangku kuliah inilah, Budiman tenggelam dalam gerakan mahasiswa dan menerjunkan diri sebagai community organizer yang melakukan proses pemberdayaan politik, organisasi dan ekonomi di kalangan petani dan buruh perkebunan di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibat kegiatannya ini pula, dia tidak sempat menyelesaikan kuliahnya.
Pada tahun 1996, Budiman mendeklarasikan PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang kemudian menyebabkannya dirinya dipenjara oleh pemerintah Orde Baru dan divonis 13 tahun penjara, dan hanya dijalani selama tiga tahun, karena dianggap sebagai dalang insiden peristiwa 27 Juli 1996. Budiman hanya menjalani hukuman selama 3,5 tahun setelah diberi amnesti oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999.
“Publik mengenal saya ketika saya dituduh mendalangi gerakan menentang Orde Baru dan divonis dengan hukuman 13 tahun penjara. Saya bukanlah seorang pemberani, saya hanya membenci ketakutan yang saat itu mewabah seperti penyakit menular,” kata Budiman, dalam laman resminya.
Dulu, kata Budiman, ia percaya bahwa titik awal perjuangan buat rakyat adalah di jalanan. Namun, di masa sekarang Budiman justru melihat bahwa titik awal menyejahterakan masyarakat Indonesia adalah dengan menyejahterakan desa. “Karena 70 persen rakyat kita hidup di desa.”
Pada periode 2009-2019, Budiman menjabat sebagai anggota DPR RI dari PDIP dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah VIII: Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap) dan duduk di komisi II yang membidangi pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, aparatur negara, dan agraria; dan juga merupakan Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa.
Pada 2021, Budiman diangkat sebagai komisaris independen di PT Perkebunan Nusantara V (Persero) milik BUMN yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan karet dengan lokasi kerja di Provinsi Riau.
Dengan posisinya sekarang, banyak orang menyangka bahwa Budiman telah berubah dan melupakan idealismenya. Masih dalam laman resminya, ia mengatakan ia berpolitik dengan visi dan berpijak pada realita yang ada.
“Tapi saya percaya, bahwa dalam kehidupan politik kita, keberanian, kesederhanaan dan solidaritas akan membuat banyak hal yang baik menjadi mungkin,” katanya.
Baca juga: Apakah Itu Dana SDM Desa yang Siap Diteken Jokowi? Ekonom: Rawan Mark-up dan Budget Siluman
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.