TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri, menanggapi soal data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan pertumbuhan ekonomi pada 2022 sebesar 5,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 2,61 persen year on year (YoY). Hal tersebut sesuai dengan prediksinya lantaran ekonomi Indonesia tumbuh kuat sepanjang 2022.
Kendati demikian, ia mengingatkan ada risiko perlambatan ekonomi bagi Indonesia ke depan. "Konsisten dengan prediksi ini pertumbuan ekonomi antar triwulan tumbuh 0,36 persen, dan YoY 5,01 persen, mulai melambat," tutur Chatib melalui akun Twitter pribadinya pada Senin, 6 Desember 2023.
Baca: BPS Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2022 Ditopang Harga Komoditas, Airlangga: Masih Landai Relatif Tinggi
Ia manilai hal itu sejalan dengan menurunnya harga komoditas dan energi. Sehingga ekspor akan melambat dalam beberapa bulan ke depan. Chatib pun memprediksi hal yang sama pada pertumbuhan investasi. Menurutnya investasi di Indonesia akan melemah akibat kenaikan suku bunga.
Dengan demikian, kata dia, ada risiko perlambatan ekonomi tahun 2023. Sementara ekonomi akan tumbuh 4,5 sampai 5 persen.
"Melambat, namun bukan resesi. Situasi ekonomi Indonesia perkiraan saya tak seburuk yang banyak dibicarakan," tuturnya. Pasalnya, kontribusi ekspor Indonesia terhadap PDB hanya 25 persen.
Akibatnya, menurut Chatib, dampak negatif global terhadap perekonomian Indonesia akan terbatas. Dia menilai 2023 bukanlah tahun yang mudah, namun probabilitas Indonesia mengalami resesi relatif kecil.
Selanjutnya: "Sedari awal saya mengatakan..."