Sebab, meski pertumbuhan kredit melampaui 11 persen, tapi dana pihak ketiga di perbankan nasional relatif masih tinggi. Bila tak ada langkah yang diambil pemerintah, maka akan berdampak pada belanja modal di dalam negeri.
Sebelumnya, Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,01 persen pada kuartal keempat 2022. Angka tersebut cukup mengesankan di tengah perlambatan ekonomi global yang terus berlanjut. “Indonesia menutup tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi yang solid sebesar 5,31 persen,” katanya.
Lebih jauh, Margo menjelaskan, sepanjang tahun 2022, kinerja pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor global dan domestik. Secara global, Indonesia diuntungkan dengan relatif tingginya harga komoditas ekspor unggulan di pasar global yang memberikan keuntungan layaknya duran runtuh atau windfall dan mendongkrak kinerja ekspor serta surplus neraca perdagangan.
“Namun demikian, harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global sudah mulai menunjukkan tren penurunan,” kata dia.
Sedangkan secara domestik, kombinasi aktivitas masyarakat yang semakin menggeliat dan bauran kebijakan fiskal serta moneter untuk menjaga daya beli mampu mendorong aktivitas ekonomi, baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Hal-hal itu yang kemudian menopang pertumbuhan ekonomi nasional yang terus membaik.
AMELIA RAHIMA SARI | MOH KHORY ALFARIZI
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI pada 2022 Tembus 5,31 Persen, BPS: Solid di Tengah Pelambatan Ekonomi Global
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.