TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah angkat bicara soal penutupan gerai yang dilakukan PT Trans Retail Indonesia atau Transmart. Menurut dia, hal itu tidak perlu dikhawatirkan bagi industri retail ataupun pengusaha retail yang berfokus pada formal hipermarket.
"Menurut kami adalah hal yang normal dalam tanda kutip, karena memang harus mengecilkan space atau dia berkumpul bersama dengan peretail lain menjadi satu destinasi," kata Budihardjo dikonfirmasi Tempo, Jumat 3 Februari 2023.
Baca: Tujuh Gerai Transmart Resmi Tutup Permanen, di Mana Saja?
Apalagi, Budihardjo menyebut, tren belanja konsumen Indonesia saat ini memang banyak mengalami perubahan. Terutama jika seseorang ingin mencari berbagai produk dalam satu lokasi pusat perbelanjaan.
"Sekarang kecenderungannya sekarang, orang datang sudah ada banyak pilihan, ada cafe, restoran, baju. Jadi semacam nggak cuma belanja bulanan," katanya.
Penutupan gerai bukan cermin industri retail
Budihardjo menilai, penutupan yang dilakukan manajemen Transmart bukan menunjukkan kondisi retail secara umum. Penutupan gerai permanen, menurut dia, hanya merupakan salah satu strategi bisnis yang diambil perusahaan dalam menghadapi tantangan kondisi ekonomi di masa mendatng.
"Saya kira yang dilakukan penutupan karena terlalu besar dan karena berdekatan contohnya Cempaka Putih dan Cempaka Mas, terlalu dekat," kata Budihardjo.
Lebih jauh, Budihardjo mengatakan, kondisi industri retail di Tanah Air malah mulai menunjukkan tren yang positif. Apalagi, pemerintah sudah memutuskan untuk mencabut status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM sejak akhir tahun lalu.
Selanjutnya: "Saya kira kesempatannya ada di ..."