TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan inflasi Januari 2023 tercatat sebesar 5,28 persen (year on year/ YoY). Angka tersebut lebih rendah dibanding bulan sebelumnya pada Desember 2022 yang nilainya 5,51 persen (YoY).
Menurut Febrio, tren inflasi mulai turun perlahan, terutama dari administered price yang berasal dari harga bahan bakar minyak atau harga BBM. Pemerintah terus mengantisipasi pergerakan harga komoditas energi dan ketersediaan pasokan BBM untuk memastikan fungsi stabilisasi anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN.
Baca: Jokowi Tegur Luhut Tiga Kali Gara-gara Event F1 Powerboat: Lebih Bagus di Mandalika
“Ini sebagai shock absorber di tengah kondisi global yang masih bergejolak,” ujar Febrio lewat keterangan tertulis pada Kamis, 2 Februari 2023.
Jika dilihat per kelompok, inflasi inti turun tipis ke angka 3,27 persen (YoY) dari 3,36 persen pada Desember 2022. Kinerja inflasi ini, kata dia, di satu sisi berasal dari penurunan inflasi kebutuhan sandang, perumahan dan jasa layanan perumahan, serta rekreasi.
Sementara di sisi lain, terjadi peningkatan inflasi pada sektor kesehatan serta perawatan pribadi dan jasa lainnya. “Inflasi inti yang masih terjaga di atas 3 persen menunjukkan daya beli masyarakat yang masih kuat dan optimisme menyambut tahun 2023,” kata Febrio.
Inflasi pangan bergejolak (volatile food) sedikit meningkat menjadi 5,71 persen (YoY) dibandingkan Desember 2022 yang angkanya 5,61 persen. Hal itu didorong oleh harga pangan yang cenderung volatile sebagai dampak faktor musiman dan gangguan cuaca.
Tujuannya menjamin ketersediaan pangan dan menjaga stabilitas harga pangan di masyarakat, Febrio berujar, pemerintah telah melakukan berbagai upaya. “Melalui percepatan impor, antisipasi lonjakan harga akibat risiko gangguan cuaca, serta persiapan menghadapi Ramadan dan Idul Fitri yang sudah dilakukan dari sejak awal tahun,” ucap Febrio.
Untuk kelompok administered price, inflasi tercatat 12,28 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2022 yang angkanya 13,34 persen. Hal itu didorong oleh menurunnya tarif angkutan udara dan bensin.
“Sementara harga rokok dan tarif air PAM mengalami kenaikan yang dipengaruhi oleh kenaikan tarif cukai dan peningkatan pelayanan air bersih kepada masyarakat,” tutur dia.
Ke depan, Febrio menuturkan, pemerintah akan terus berupaya menjaga inflasi. Karena pengendalian inflasi merupakan salah satu isu utama yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo alias Jokowi dan telah disampaikan dalam acara Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) 2023 pada 17 Januari 2023 lalu.
Upaya pengendalian inflasi, dia berujar, terus ditempuh melalui berbagai kebijakan, antara lain stabilisasi harga pangan, penguatan pasokan dan cadangan domestik, antisipasi gejolak harga akibat risiko gangguan cuaca, serta persiapan menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
“Sinergi dan bauran kebijakan di tingkat pusat dan daerah terus dilakukan bersama Bank Indonesia untuk menjaga agar sasaran inflasi kembali pada sasaran yang ditetapkan Pemerintah,” ujar Febrio.
Baca: Inflasi Januari 2023 Mencapai 0,34 Persen, BPS: Disumbang Komoditas Pangan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.