TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bagaimana Indonesia menghadapi tantangan global mulai dari usai pandemi Covid-19 mereda, perang Rusia - Ukraina, hingga kenaikan inflasi. Menurut dia, Indonesia memiliki instrumen penting untuk mengadapi semuanya yaitu anggaran belanja dan pendapatan nasional atau APBN.
“Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama pemerintah mendesain respons kebijakan APBN atau fiskal. Dengan situasi yang sungguh luar biasa ini, APBN bekerja luar biasa keras,” ujar Sri Mulyani saat menyampaikan kuliah umum di STKIP PGRI Sumenep, Jawa Timur, yang disiarkan langsung YouTube Kemenkeu RI pada Kamis, 2 Februari 2023.
Baca: Sri Mulyani Cerita Keberhasilan RI Tangani Pandemi: Korban di AS Melebihi Perang Vietnam
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah berhasil memulihkan ekonomi dengan mendesain APBN yang fleksibel, responsif, dan targeted. Pada tahun 2021-2022, Indonesia sudah mulai pulih dari hantaman pandemi Covid-19. Bahkan tahun 2022 pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.
Sektor-sektor pemicu pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi itu, kata dia, dikontribusikan oleh semua sektor, mulai dari pertanian. Sri Mulyani lalu menceritakan perjalanannya menuju Sumenep dari bandara melewati sawah-sawah yang masih hijau. “Mungkin panennya sebulan atau satu setengah bulan lagi,” ucap dia.
Sektor lainnya yang berkontribusi adalah sektor jasa, konstruksi, pertambangan, jasa keuangan, dan lainnya. Bahkan sektor yang terpuruk paling dalam seperti transportasi, pariwisata, hingga perhotelan sudah kembali pulih dan kuat. “Itu adalah pemulihan ekonomi dari sisi produksi atau supply."
Sementara, dari sisi permintaan, bendahara negara menambahkan, konsumsi rumah tangga mulai meningkat, termasuk investasi dan ekspor. Sehingga pada saat seluruh mesin pertumbuhan ekonomi mulai jalan, APBN sebagai instrumen yang tadinya menahan merosotnya kegiatan ekonomi, sekarang bisa mulai konsolidasi.
Pemulihan ekonomi juga terjadi di semua kawasan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, NUsa Tenggara Barat atau NTB, Bali, Jawa, dan Madura. “Kita lihat pertumbuhan di semua kawasan sudah positif dan cukup tinggi. Ini hal yang luar biasa pada saat dunia mulai melemah lagi,” tuturnya.
Sejumlah tantangan pun muncul setelah pandemi mereda. Pasalnya, ada sejumlah perubahan yang terjadi saat terjadi normalisasi. Dari kegiatan yang tadinya tidak boleh berkerumun dan melakukan aktivitas sosial, kemudian dibuka kembali. Yang sebelumnya di rumah saja hingga belajar lewat aplikasi Zoom, sekarang semua diperbolehkan beraktivitas seperti sebelum pandemi.
Selanjutnya: “Tiba-tiba butuh kendaraan umum, BBM ..."