“Sejalan dengan itu, pengetatan kebijakan moneter di negara maju diprakirakan mendekati titik puncaknya dengan suku bunga yang masih akan tetap tinggi di sepanjang 2023,” ucap Sri Mulyani.
Ketidakpastian pasar keuangan global, dia melanjutkan, juga mulai berkurang. Sehingga berdampak positif pada negara berkembang dengan meningkatnya aliran modal global dan berkurangnya tekanan pelemahan nilai tukar.
Ke depan, Sri Mulyani berujar, ekonomi global diprakirakan akan tumbuh lebih lambat akibat fragmentasi geopolitik dan risiko resesi di Amerika Serikat dan Eropa.
“Namun demikian, membaiknya prospek ekonomi di Cina terkait penghapusan Zero Covid Policy diprakirakan akan mengurangi risiko perlambatan ekonomi global yang lebih dalam,” tutur dia.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini