Timnya juga melihat perubahan budaya saat pandemi sebagai peluang. Ia menuturkan saat pandemi masyarakat tak lagi menunggu momen spesial untuk mengirimkan hadiah pada satu sama lain. Tidak hanya masyarakat umum, tapi juga perusahaan yang memberikan bingkisan atau parsel kepada karyawan atau kolega bisnisnya.
"Akhirnya kami banyak bikin small hampers. Kerja sama dengan merek lain untuk hadiah personal atau corporate," ucapnya.
Brand teh lokal Indonesia, Seduh Pertama di pameran Indonesia Tea Culture di Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Ahad, 29 Januari 2023. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Brand yang terkenal dengan varian teh clasic earl gray dan araya jasmin itu juga kini telah melebarkan bisnisnya dengan melakukan ekspor ke Malaysia, Singapura, Filipina, dan Hong Kong. Namun, Ifana berujar hingga saat ini Haveltea belum memasarkan produknya dengan merek sendiri melainkan sebagai white label.
Berbeda dengan Ifana, Mela Eviany bersama temannya merintis brand teh lokal bernama Seduh Pertama saat pandemi. Dalam pameran Indoensia Tea Culture, Seduh Pertama mencatatkan transaksi hingga 600 produk per harinya.
"Antusiasmenya luar biasa. Terutama di acara tea testing banyak tertarik nyoba tehnya. Sampai semua varian teh kami habis, jadi harus kami datangkan lagi dari warehouse," tuturnya.
Mela bercerita dia dan temannya mencoba berbisnis teh usai terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK pada akhir 2019 lalu. Setelah tak lagi bekerja di perusahaan Mela dan rekannya mempunyai ide untuk meracik teh yang cocok untuk menemani teman-temannya selama bekerja di rumah atau work from home (WFH). Teh dipilihnya sebagai subtitusi dari kopi yang sehat dan juga cocok diminum di rumah.
"Terus kami mencari formula teh apa yang cocok buat orang WFH. Terbentuklah yang sleeping tea yang dibuat untuk para pekerja yang butuh relaksasi," ujar Mela.
Selanjutnya: Seduh Pertama berfokus pada artian Tea ...