"Kami akan mengembangkan tanaman sapu-sapu ini untuk mengatasi lahan kritis di Babel menjadi lahan produktif, sehingga bisa memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat," ujarnya.
Ketua Dewan Atsiri Indonesia, Irdika Mansur, mengatakan program reklamasi perusahaan tidak harus selalu hijau tapi juga harus memberikan dampak ekonomi secara langsung bagi masyarakat.
Kandungan minyak atsiri lebih dari sekadar bahan baku parfum, dan kegunaannya mencakup hampir seluruh aktivitas manusia, mulai dari bangun tidur, beraktivitas hingga tidur kembali. "Pakai sabun, pasta gigi, deodoran dengan rasa mint ada kandungan minyak atsirinya. Itu kita gunakan sehari-hari," ujar Irdika.
Tercatat saat ini sebanyak 172 tanaman yang bisa diekstrak menjadi minyak atsiri. Dengan adanya pohon sapu-sapu, maka jumlahnya bertambah menjadi 173 tanaman.
"Nilai ekspor minyak atsiri sebagai minyak esensial oil mencapai Rp 10 triliun per tahun. Indonesia itu tiga besar dunia. Kadang nomor satu atau nomor dua antara India dan China. Jadi perlu dikelola potensi yang kita miliki ini," ujar Irdika yang juga dosen Institut Pertanian Bogor (IPB).
Bangka Belitung merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak rempah-rempah yang bisa dikembangkan untuk bahan baku minyak atsiri seperti cengkeh, lada, dan sapu-sapu. Saat ini, peluang usaha minyak atsiri cukup besar karena digunakan untuk beberapa industri seperti farmasi, kosmetik, skin care dan pestisida.
Konsumen minyak atsiri tidak hanya pasar domestik namun juga pasar ekspor ke Korea dan beberapa negara lainnya. Selain itu, potensi yang bisa dikembangkan untuk minyak atsiri juga banyak, sayangnya saat ini penggiat minyak atsiri belum banyak.
Salah satu mitra binaan PT Timah Tbk yang mengikuti sharing session ini, Kasmir, mengatakan kegiatan ini sangat bermanfaat dan mengedukasi untuk menambah wawasan mengenai minyak atsiri. Selain itu juga bisa meningkatkan pendapatan bagi para UMKM.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat, kami mendapatkan hal yang baru yang bisa dikembangkan. Ternyata kulit jeruk yang selama kami buang, bisa diolah kembali menjadi minyak atsiri dan punya nilai jual," katanya.
Senada dengan Kasmir, mitra binaan PT Timah Tbk yang memiliki usaha Arum Wedah Serai, Rahel mengatakan, dirinya sudah mengenal minyak atsiri, namun belum tahu jika minyak tersebut bisa dikembangkan untuk menjadi berbagai produk.
"Saya jadi tertarik untuk mencoba hal ini, karena awalnya kami hanya membuat minyak serai saja, ternyata ada lainnya yang juga bisa kami kembangkan," ujarnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini