Di sisi lain, Turki merupakan negara yang bisa diakses dengan mudah melalui jalur darat. Terlebih posisinya yang terletak di antara benua Asia dan Eropa.
"Turki ini juga bisa dijangkau dengan jalan darat sementara kita yang bisa jalan darat ini hanya Timor Leste dan Malaysia dan itu terbatas," katanya.
Lebih lanjut, Sandiaga Uno memaparkan pemerintah terus mendorong pariwisata yang berkualitas.
Ia pun mengatakan angka target kunjungan wisman yang telah dicapai pemerintah tidak asal hitung melainkan dihitung dengan berbagai basis data.
"Berkaitan dengan penghitungan wisatawan mancanegara, BPS menggunakan beberapa data poin yaitu data imigrasi by nationality dan pintu masuk utama wisatawan mancanegara reguler itu di Ngurah Rai, Soekarno-Hatta dan Kepri itu jumlahnya ada 72,3 persen. Sementara wisatawan mancanegara yang dihitung menggunakan metode mobile positioning data (MPD) mencakup 27,7 persen," katanya.
Sandiaga Uno mengatakan, dari perhitungan tersebut, diketahui bahwa spending atau pengeluaran wisatawan asing reguler, yaitu wisatawan di wilayah perbatasan, ternyata terus meningkat khususnya setelah pandemi.
BPS mencatat rata-rata spending wisman reguler itu mencapai 150 dolar AS per kunjungan per orang, namun melonjak selepas pandemi.
"Oleh karena itu devisa pariwisata melonjak tajam di jadi 2.165 dolar AS per visit per pax. Mungkin quality tourism yang kita ingin capai, bisa kita lakukan jika lama tinggal dari wisatawan itu bisa ditambah dan quality spending-nya," kata Sandiaga Uno.
Pada 2023, Kemenparekraf menargetkan kunjungan wisman mencapai 3,4 juta-7,4 juta orang; mobilitas wisnus mencapai 1,2 miliar hingga 1,4 miliar pergerakan; peringkat RI di Travel and Tourism Development Index di ranking 29-34; serta tenaga kerja pariwisata mencapai 21,93 juta orang dan target tenaga kerja ekraf sebesar 22,59 juta orang.
Sementara itu, nilai devisa sektor pariwisata ditargetkan mencapai 2,07-5,95 miliar dolar AS; kontribusi PDB pariwisata mencapai 4,1 persen; nilai ekspor produk ekonomi kreatif (ekraf) mencapai 26,46 miliar dolar AS; serta nilai tambah ekraf mencapai Rp1.279 triliun.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini