TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar membeberkan pencapaian perusahaan hingga September 2022. Menurut dia, sejak awal tahun 2022 situasi pandemi Covid-19 membaik sehingga aktivitas bisnis dan masyarakat ikut membaik pula. “Pertumbuhan kredit kami cukup membanggakan secara Year on Year (YoY). Kami bertumbuh 13 persen sampai September 2022,” ujar dia di Blue Jasmine Restaurant, Jakarta Selatan, pada Rabu, 25 Januari 2023.
Meski pertumbuhan kredit hanya 13 persen, Henoch menjelaskan, tapi kualitas kredit yang dimiliki Bank BTPN atau portofolionya tetap terjaga dengan baik. Sehingga non performing loan BTPN tercatat di 1,41 persen hingga September 2022. “Dibandingkan dengan rerata industri, saya pikir kami masih salah satu yang baik dari sisi pengelolaan kualitas aset pinjaman di Bank BTPN,” tutur Henoch.
Baca juga: Bank BTPN Penyaluran Pembiayaan Hijau 2022 Mencapai Rp 6,7 Triliun
Selain itu, pada periode yang sama, BTPN juga mencatat pertumbuhan laba bersih sebanyak 18 persen secara YoY. Namun, kata Henoch, pihaknya belum bisa melaporkan secara keseluruhan hingga Desember 2022, karena masih ada yang belum diselesaikan. “Karena kami adalah perusahaan Tbk,” tutur dia.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae melaporkan kredit perbankan hingga November 2022 tumbuh meningkat menjadi 11,16 persen secara YoY. Utamanya ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh sebesar 13,15 persen secara YoY, sementara kredit modal kerja dan konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 11,27 persen dan 9,10 persen.
“Adapun, secara month to month (MtM), nominal kredit perbankan naik sebesar Rp 13,96 triliun menjadi Rp6.347,5 triliun,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Senin, 2 Januari 2023.
Sementara, dana pihak ketiga (DPK) pada November 2022 tercatat tumbuh 8,78 persen YoY menjadi Rp 7.974 triliun. Hal itu, kata Dian, utamanya didorong oleh peningkatan tabungan dan deposito.
Sedangkan, likuiditas industri perbankan pada November 2022, masih dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuiditas yang terjaga. Rasio alat likuid atau non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid atau DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 134,97 persen dan 30,42 persen. “Jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen,” ucap Dian.
Dia menuturkan, untuk risiko kredit melanjutkan penurunan dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,75 persen. Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 mengalami perkembangan positif, mencatatkan penurunan sebesar Rp 13,27 triliun menjadi Rp 499,87 triliun dengan jumlah nasabah juga menurun menjadi 2,40 juta nasabah. Pada Oktober 202 jumlah nasabah mencapai 2,53 juta.
Baca juga: BTPN Salurkan Pembiayaan Hijau Rp 1,46 Triliun ke PLN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.