Soal ini, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta Budiharto Setyawan menyebutkan, angka kemiskinan DIY tertinggi di Indonesia karena pola konsumsi masyarakatnya cenderung sederhana.
"Pola konsumsi masyarakat DIY cenderung unik, yang relatif berbeda dibandingkan daerah lain. Mayoritas masyarakat DIY memiliki budaya yang kuat dalam menabung dibandingkan dengan konsumsi," kata Budiharto melalui keterangan tertulis, Jumat, 20 Januari 2023.
Bila dilihat dari struktur lapangan pekerjaan, menurut dia, mayoritas pekerjaan masyarakat DIY adalah UMKM dan didominasi tenaga kerja sektor informal yang mencapai 53,38 persen.
Meski mayoritas masyarakat telah memiliki pekerjaan, secara statistik kemiskinan DIY dianggap masih tinggi yang mencapai 11,49 persen atau menduduki peringkat ke-12 provinsi dengan kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Pola konsumsi masyarakat sederhana
Namund demikian, menurut Budiharto, tak hanya karena pola konsumsi masyarakat DIY cenderung sederhana. Apalagi metode pengukuran statistik belum sepenuhnya dapat menggambarkan keseimbangan kemampuan berbelanja masyarakat DIY yang sebenarnya. Sebab, tingkat simpanan masyarakat DIY di bank selalu lebih tinggi dibandingkan tingkat kredit.
Bank Indonesia mencatat rasio kredit dibandingkan dengan simpanan rumah tangga di DIY dalam 10 tahun terakhir berkisar 66,78 persen. Artinya masih rendah apabila dibandingkan dengan rasio ideal 80-90 persen.Kondisi tersebut terus menjadi problem secara statistik karena penduduk dikategorikan miskin apabila rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan.
"Dengan demikian, semakin rendah pengeluaran penduduk, maka akan semakin dekat dengan kemiskinan," kata dia.
Sementara itu, kesenjangan pendapatan yang dilihat dengan pengeluaran penduduk lokal dengan penduduk pendatang sangat tinggi yang didominasi pola konsumsi produk tersier. Mayoritas penduduk pendatang melakukan pengeluaran yang signifikan lebih besar, terutama untuk produk makanan jadi, sewa rumah, maupun produk gaya hidup, seperti perawatan kecantikan dan kesehatan.
Kesenjangan pengeluaran inilah, menurut Budiharto, menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan di DIY menjadi tinggi. "Hal tersebut tercermin dari tingkat gini ratio DIY yang mencapai 0,459, tertinggi se-Indonesia," ucapnya.
ANTARA | AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Ketimpangan Pemulihan Ekonomi Sangat Signifikan, Faisal Basri Sebut Kebijakan Buruk dan Instan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.